Saya, individu yg "bangga" melihat kekalahan INDONESIA 3-0 atas Malaysia di Stadion Bukit Jalil. Saya justru kasihan kalau Indonesia Menang, karena atas kemenangan itu; saya yakin sebagai pemain, presiden, menteri, pengamat, komentator, penonton, pejabat, suporter, atau mungkin "orang biasa", akan membuat mereka lupa, sehingga sulit mengukur titik lemah timnas.
Tanpa bermaksud membela; saya salut atas kejujuran pelatih Riedl yg mengaku terusik dengan beragam kegiatan seremonial dan wawancara media sebelum pertandingan digelar beberapa hari belakangan. Dan saya malah bangga, ketika riedl menyatakan; kesalahan bermain oleh individu dalam tim, juga patut dipertimbangkan.
Justru malam ini, usai laga tandang, yang membuat saya "trenyuh" adalah soal perlakuan suporter tim merah putih yang ada di Stadion Bukit Jalil. Pertanyaan saya; mengapa Gonzales, BePe, Firman Utina ditinggal pergi saat mereka masih main. Lainnya; soal kebiasaan kita; mengumpat dan mencaci setelah kalah.
Semestinya; sebelum pluit berbunyi; kursi tak kosong, teriakan, dan merah putih masih berkibar. Tetapi, itu tidak terjadi.Soal sinar laser, catatan saya, mudah-mudahan di Jakarta kita tidak membalas "kedengkian Malaysia dengan kedengkian baru. Kita harus gentle, dan berusaha menjadi suporter yg terhormat. Biarkan mereka curang, kendati kita kecewa, dan terbersit niat untuk membalas.
Bravo Timnas, Jayalah Indonesia....Garuda masih didadaku... i luv yu full...!(*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H