Mohon tunggu...
Irwan Suhanto
Irwan Suhanto Mohon Tunggu... -

Peneliti & Analis Senior di LKSN (Lembaga Kajian Strategis Nasional)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Foke –Nachrawi Ungguli Kandidat Pasangan Lain di Pilkada DKI Hanya dengan Satu Putaran

2 Juli 2012   08:11 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:20 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilkada DKI Jakarta tinggal 9 hari lagi, beberapa lembaga survey dan polling melakukan rilis terhadap kegiatan survey mereka berkaitan dengan pilkada DKI.

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh Lembaga Kajian Strategis Nasional sampai dengan pukul 03.00 dini hari tadi (2 Juli 2012), maka LKSN merilis hasil survey pilkada DKI Jakarta terkait siapa kandidat pasangan yang memiliki kemungkinan dipilih oleh masyarakat pemilih di DKI Jakarta.

Survey dilakukan di 5 wilayah DKI Jakarta, dengan melibatkan 500.000 responden yang tersebar secara hampir merata di semua titik disandarkan kepada kepadatan penduduk tiap-tiap wilayah survey. Dengan jumlah responden laki-laki dan perempuan 4 : 3.

78% responden menyatakan akan memilih dalam pilkada tanggal 11 Juli 2012 yang akan datang, sedangkan 22% menyatakan tidak akan mempergunakan hak pilihnya.Dari 22% responden yang memutuskan tidak akan memberikan hak pilihnya, varian terbesar karena alasan tidak cocok dengan figur kandidat yang ada (74%), tidak percaya pada prosesnya (21%) dan sisanya lain-lain (5%)

Dari sekian responden, ditanyakan apakah masyarakat memilih pilkada satu putaran saja atau dua putaran.87% responden memilih 1 putaran saja, 5% memilih 2 putaran, dan sisanya tidak menjawab.

Kenapa memilih 1 putaran? Dari 87% responden yang memilih 1 putaran, 91% menyatakan memilih 1 putaran karena akan lebih menghemat energi, waktu dan biaya. 6% menyatakan karena sudah yakin pilihan calonnya unggul 1 putaran, sisanya menjawab lain-lain (dengan varian jawaban yang persentasinya sangat kecil).

Besaran jumlah masyarakat yang berkemungkinan tidak memilih (22%) tentu saja apabila berkenyataan pada tanggal 11 Juli nanti maka akan memiliki kualitas yang lebih baik ketimbang pilkada 2007 lalu dimana angka masyarakat tidak memilih melewati angka 30% lebih.

Dari hasil responden yang memutuskan akan memilih (78%), responden terbesar menyatakan pilihannya pada pasangan Foke-Nachrawi (53%), disusul Hidayat Nurwahid-Didik (21%), Jokowi-Ahok (17%), Alex-Nono (4%), Faisal-Biem (3%) dan Hendarji-Reza (2%).

Apabila hasil survey ini terealisasi dalam angka faktual di TPS nanti, maka dapat dipastikan pilkada 1 putaran akan terjadi. LKSN melihat bahwa ada korelasi simetris antara besarnya jumlah masyarakat yang tidak memilih dengan kemenangan Foke-Nachrawi 1 putaran, atau dengan kata lain, semakin besar masyarakat tidak memilih maka kemungkinan terbesar pilkada 1 putaran yang membawa kandidat pasangan no 1 unggul 1 putaran senakin terbuka.

Responden terbanyak memilih Foke-Nachrawi adalah responden yang berdomisili di Jakarta Timur (34%), Jakarta Selatan (26%), Jakarta Barat (17%), Jakarta Utara (11%), Jakarta Barat (9%) dan Jakarta Pusat (3%). Sedangkan responden yang memilih HNW-Didik terbesar justru berada di Jakarta Selatan (41%), Jakarta Timur (23%), Jakarta Pusat (13%), Jakarta Barat (12%) dan Jakarta Utara (11%). Pasangan Jokowi-Ahok menuai pilihan responden terbesar di Jakarta Barat (33%), Jakarta Utara (26%), Jakarta Selatan (21%), Jakarta Timur (11%) dan Jakarta Pusat (9%).

Mengenai alasan apa yang menjadi dasar responden memilih para kandidat pasangan calon, maka varian karena telah tahu siapa kandidat tersebut berada di level terbesar (31%), didekati oleh para aktivis timses dilapangan (25%), keterikatan karena diusung oleh parpol yang mereka sukai (16%),karena media kampanye (9%), suka pada kandidatnya (9%), rutinitas (6%), dan lain-lain (4%).

Analisa LKSN terhadap hasil ini adalah bahwa terjadi korelasi simetrik antara jumlah masyarakat yang tidak akan memberikan hak pilihnya kepada apakah pilkada akan dilangsungkan 1 putaran atau tidak. Pasangan Foke-Nachrawi unggul bukan saja karena figur Foke sudah lebih dikenal tapi juga karena kerja-kerja jaringan, hal mana juga dilakukan oleh tim HNW-Didik. Keunggulan Foke-Nachrawi di wilayah Jakarta Timur akan sangat mempengaruhi suara real dikarenakan Jakarta Timur adalah lumbung suara besar pemilih di DKI Jakarta. Di wilayah ini, Foke-Nachrawi walaupun diikuti oleh HNW-Didik, tetapi jumlah responden pemilihnya sangat jauh jumlahnya. Sedangkan pasangan Jokowi-Ahok terlihat lebih massif di wilayah Jakarta Barat, yang jumlah kepadatan penduduknya justru sangat jauh disbanding Jakarta Timur dan Jakarta Selatan.

Irwan Suhanto

Analis Senior LKSN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun