Berbicara tentang rendah hati berarti kita berbicara tentang menghormati orang lain. Kita tidak bisa rendah hati kalau kita tidak bisa menghormati orang lain. Bahkan, Tuhan sendiri bagitu memuliakan manusia. “Dan Sesungguhnya Telah kami muliakan anak-anak Adam” (Al Israa : 70) . Lalu mengapa kita tidak menghormati manusia. Bahkan kita diperintahkan untuk berjalan di muka bumi dengan rendah hati. “Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan ketika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” (Al-Furqan : 63).
Mengingat pentingnya rendah hati ini, maka kita harus tahu kapan kita bisa dikatakan rendah hati. Kita tidak bisa dikatakan rendah hati, kalau kita sendiri belum tahu apa kriteria kita bisa dikatakan rendah hati. Rendah hati bukan perkara yang hanya bisa dibicarakan, tetapi harus ada dalam sikap dan tindakan. Lalu, bagaimana kita mengetahui kita rendah hati atau tidak? Untuk mengetahuinya,tentu saja ada ujian yang harus kita lewati. Allah telah menjelaskan bahwa kita manusia pasti akan berhadapan dengan ujian ini. Dan ujiannya adalah “dan ketika orang-orang jahil menyapa mereka (dengan kata-kata yang menyakitkan) mereka mengucapkan sallaman (kata-kata yang mengandung keselamatan).
Tentu saja kita semua sudah paham bahwa ketika ada orang yang berbicara dengan kasar, ketika ada orang emosi berbicara dengan kita, mereka berbicara dengan kasar, mengejek, merendahkan dan meremehkan kita, kita semua paham bahwa itu sangat menyakitkan. Misalnya saja, ketika kita sedang tidur,lalu ada seseorang yang membangunkan kita dengan menendang perut kita, lalu kita terbangun. Tentu saja itu menyakitkan tubuh dan perasaan kita. Kita punya alasan untuk marah pada orang yang membangunkan kita. Kita juga punya alasan untuk berkata kasar pada orang tersebut. Namun, ketika kita mau marah, kita harus ingat ayat ini, “mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” Jadi, tidak usah marah, santai aja, tenang saja.
Untuk hal ini ada kisah menarik yang dialami oleh Ust Nouman Ali Khan dari Pakistan. Suatu ketika di bulan Ramadhan, ketika ia sedang tidur di Masjid, tiba-tiba ada orang tua yang menendang perutnya. Ia pun terbangun, kemudian dengan gerakan isyarat ia bertanya ada apa? Orang tua itu menjawab bahwa ia memunggungi rak al-Qur’an. Nouman Ali Khan tentu saja bisa protes. Tidak bisakah orang tua itu membangungkannya dengan baik? kenapa harus dengan menendang? Tetapi itu tidak dilakukan oleh Ust Nouman. Yang ia lakukan adalah meminta orang tua tersebut untuk menyimak bacaan al-Qur’annya supaya kalau ada yang salah bisa diperbaiki. Yang terjadi setelah itu adalah mereka menjadi kawan yang baik. Subhanallah.
Yang perlu kita ketahui bahwa dalam surah al-Furqan ayat 63 berbunyi “dan ketika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan” kata yang dipilih adalah ketika, bukan jika. Itu artinya, kita pasti akan menemui orang yang berbicara kepada kita dengan kasar, menghina atau meremehkan kita. Oleh karena itu, kita bisa setiap saat di uji dengan ujian ini. Ketika kita berhadapan dengan orang-orang yang jahil (yang bicaranya menyakitkan hati) apakah kita akan tetap rendah hati atau tidak. Kita semua berdoa, semoga Allah selalu memberikan kekuatan agar selalu rendah hati.
Sebagai manusia, kita tentu memiliki keluarga. Kita memiliki kakak, adik, suami, ataupun isteri. Tidak menutup kemungkinan, suatu waktu mereka bisa marah. Ketika kakak atau adik kita marah-marah, misalnya tidak usah di balas kemarahannya, tidak usah dibalas dengan nada tinggi. Kita hanya perlu berbicara dengan tenang dan lembut dan usahakan untuk mengalihkan pembicaraan ke topik yang lain. Membalas kemarahan dengan kemarahan hanya akan menembah masalah. Apalagi suami isteri, bisa aja suatu ketika isteri marah-marah, atau suami marah-marah, ketika hal itu terjadi, jangan di balas dengan kemarahan yang sama. Kita harus ingat ayat “mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.” Ingatlah ayat ini, kita hanya perlu mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan, kata-kata yang lembut.
Berkaitan dengan kata-kata yang lembut, bahkan Allah SWT memerintahkan Nabi Musa AS untuk berkata lembut kepada Fir’aun. Padahal kita tahu siapa Fir’aun itu. Ia membunuh bayi-bayi setiap tahun dan menjadikan bangsa Israel sebagai budak. Bahkan ia mengaku sebagai Tuhan. Ada banyak alasan bagi Musa AS untuk membenci Fir’aun dan berkata kasar kepadanya. Tetapi apa yang dikatakan Tuhan ketika memerintahkan Musa AS? ia diperintahkan untuk berbicara kepada Fir’aun dengan lembut. “ Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut”. (QS Taha : 44).
Allah memerintahkan Musa AS untuk bersikap baik kepada Fir’aun. Jika Musa harus bersikap baik kepada Fir’aun, bagaimana seharusnya sikap kita kepada keluarga kita dan orang-orang yang dekat dengan kita, dengan saudara kita. Boleh jadi diantara saudara-saudara kita itu, diantara keluarga kita ada yang berkata kasar kepada kita, tetapi mereka berhak mendapatkan perlakuan yang baik, sikap yang baik dari kita. Mereka berhak mendapatkan perkataan yang lembut dari kita. Karena ini adalah perintah dari ayat “ketika orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H