Mohon tunggu...
Irwan Lamara
Irwan Lamara Mohon Tunggu... Konsultan - Hanya anak kampung yang mencoba belajar banyak hal

Hanya anak kampung yang mencoba belajar banyak hal

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Setetes Pelajaran di Akhir Tahun

2 Januari 2016   12:46 Diperbarui: 2 Januari 2016   12:55 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setiap pergantian tahun, khsususnya tahun Masehi, selalu dihadapi dengan perayaan,, bahkan di Indonesia, yang mayoritas muslimpun, perayaan tahun baru Masehi lebih besar dibandingkan dengan Hijriyah. Tetapi saya ingin mencoba tahun baru dari sisi yang berbeda. Bukan soal perayaan, tetapi tentang pelajaran dan Inspirasi di penghujung tahun.

***

Tanggal 31 desember, sore hari saya berkunjung ke Lawang Sewu, Semarang. Mungkin karena dalam suasana liburan tahun baru, banyak pengunjung juga di hari itu. Saya sebenarnya penasaran, wisata apa yang ditawarkan Lawang Sewu, bangunan tua peninggalan Belanda itu. Setelah membayar karcis masuk 10 ribu rupiah, saya masuk ke dalam. Ternyata di dalam hanya ruangan kosong yang tidak ada isinya. Memang sebagian ada juga isinya, berupa gambar-gambar tentang perkeretaapian pada zaman hindia Belanda. Ada gambar-gambar tentang terminal kereta api yang pertama di bangun Belanda, di beberapa daerah di pulau Jawa. Juga ada ruangan untuk nonton. Yah, nonton apalagi kalau bukan video dokumentasi sejarah kereta api di Indonesia. Selain itu, ada juga beberapa batu prasasti yang ditandatangani pemerintah belanda pada saat itu, yang berkaitan dengan peresmian terminal kereta api. juga ada foto-foto para gubernur jenderal Belanda yang pernah memerintah Indonesia. Ada beberapa foto, tetapi yang paling saya kenal adalah Van Den Bosch. Dialah gubernur yang membuat kebijakan tanam paksa, untuk membayar hutang-hutang pemerintah hindia belanda.Di ruangan depan gedung, adalah rungan yang menampilkan seragam para pejabat kereta api dari zaman belanda sampai saat ini. keren juga koleksinya. Sampai mereka bisa mengumpulkan semua seragam itu.

***

Bosan di dalam ruangan saya mencoba keluar. Ternyata di luar banyak pengunjung yang sedang asik foto-foto sama keluarga dan juga teman mereka. adalah menarik bagi saya menyaksikan anak-anak kecil berlari ke sana ke mari di halaman gedung peninggalan belanda ini. ada juga beberapa pengunjung dari Korea yang sibuk mengambil gambar. Mungkin beginilah kehidupan di kota besar,kesibukan kerja telah menyita banyak waktu bagi keluarga. Lingkungan yang padat,juga membuat anak-anak tidak bisa leluasa bergerak. Maka, di liburan seperti inilah, mereka yang selama ini sibuk bekerja meluangkan waktu berlibur bersama keluarga, dan memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk bermain di alam terbuka secara bebas.

Tentu saja, hal itu berbeda dengan saya terlahir dari desa. Di desa tidak perlu bayar untuk menikmati keindahan alam di tempat terbuka. Sejak kecil tidak ada ketakutan untuk berlari di alam terbuka secara bebas. Di titik ini, saya bersyukur terlahir di desa yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian seperti di kota besar. Di desa kita memiliki kesempatan yang begitu besar untuk menjelajah cakrawala alam yang begitu luas, dan mengambil setetes pelajaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun