Mohon tunggu...
Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Bingung

20 Juni 2015   11:43 Diperbarui: 23 Juni 2015   21:43 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Assalamu alaikum...

Pagi yang cerah di kampus tercinta, hari ini kamis 14 mei 2015 ,jam 8:59 am kampus sangat sepi cuma terdengar suara pukulan palu-palu pembangunan fakultas sastra, sementara kolaborasi antara asap dan sinar matahari yang terpancar melalui sela dedaunan yang menghiasi sepanjang jalan terowongan pohon, sungguh suasana yang membuat pandanganku terpukau, sisa kopi yang sudah dingin masih terasa nikmat.
Tanpa melupakan apa yang ingin kutulis, pertama saya mau menjelaskan bahwa tulisan ini bukan protes terhadap apa yang terjadi, saya sedikit bingung menyebut tulisan ini mengarah kemana mungkin tulisan ini bisa dibilang yaaa apa aja deh menurut kalian yang sudah membaca.

Mengapa judulnya bingung karena itulah yang hampir menghiasi setiap menit pengalaman indera kita jika memang anda tidak apatis,
Mungkin setiap orang membutuhkan pekerjaan yang menghasilkan uang demi terpenuhnya kebutuhan primer, sekunder dan tersier manusia, bahkan jujur saya juga ingin seperti mereka yang menghasilkan banyak uang dan membeli semua yang diinginkan, tapi saya cemas dengan kehidupan sosialku, orang-orang akan memandangku penuh dengan sinis karena ke-tidak pedulianku terhadap lingkungan sekitar, kecemasan saya menjadi semakin besar ketika keluargaku terlupakan karena betapa sibuknya diri ini, ketika saya mulai takut dengan waktu yang terus berputar tanpa menunggu siapapun.

Bisa dibilang saya adalah anak dengan intelektual dibawah rata-rata saat duduk dibangku sekolah, saya bukan orang yang menonjol dibanding dengan anak-anak sebaya'ku dimulai dari TK sampai sekarang, wahhh hahaha
Seperti kata para penyesal pada umumnya, "Andai waktu bisa diputar kembali", hehe
Asal kalian tau aja yaaa, sebelum kuliah saya sangat ingin menjadi juara kelas, membanggakan kedua orang tua, keluarga dan orang-orang terdekatku, yang namanya juara itu pasti yang terlintas dipikiran kita seseorang yang terhebat, tercerdas, terdepan, terberani dan apalah…
jika kita ingin memikirkan, semua orang pasti mempunyai juaranya masing-masing, kebanggaan terhadap sang juara bahkan sampai tergila-gila atau terobsesi dibuatnya. Dan jika kita menelusuri dibalik makna juara tersebut pasti tidak meleset dari yang namanya kompetisi. Coba banyangkan, sekolah yang seharusnya menjadi tempat belajar, tempat dimana para siswa dan siswi menerima didikan yang baik oleh guru yang lebih paham mengenai bagaimana me-manusiakan manusia, dan pertanyaannya, apakah memang tujuan kita bersekolah hanya untuk berlomba-lomba menjadi juara ? menjadi yang terkuat ? apakah didalam sekolah mesti ada yang tercerdas dan tidak cerdas ? mengapa harus ada pembeda diantara siswa yang mempunyai kecerdasan intelektual ? bukankah didalam diri manusia tidak hanya kecerdasan intelektual yang patut diberi pengakuan dan apresiasi ? bukankah setiap siswa atau siswi mempunyai bakat kecenderungan yang berbeda-beda ? bagaimana mungkin jika ada seorang anak yang merasa terkucilkan hanya karena nilai intelektualnya dibawah rata-rata, dan bisa saja itu akan mejadi beban psikologi yang dibawa sampai dewasa , bagaimana jika hal itu terjadi pada anak atau cucu kita kelak.

Ketika semua pikiran bercampur aduk dengan beberapa pemikiran, kebingungan saya telah berpangkat-pangkat setelah berhari-hari saya lanjut menulis lagi, kali ini di kamar saya yang tenang dan hening Cuma suara detak jam yang berbunyi…
saya merasa mulai tidak tau alas an mengapa saya menulis apa yang saya ketik, dan tulisan ini untuk siapa ? mungkin semua hal yang kita kerjakan membutuhkan alasan. Apa yang kita lakukan memang harus diketahui supaya tidak menimbulkan kebingungan seperti apa yang kita inginkan, ada banyak yang kita inginkan jika kita membahas tentang keinginan tapi jangan sampai apa yang diinginkan membuat kita lupa pada apa yang kita butuhkan untuk diri kita sebagai awalnya, karena segala sesuatu dimulai dari dalam diri kita, dan itu membuat saya memikirkan tentang cara “introspeksi” lalu kemudian bagaimana cara kita merealisasikannya dengan cara outrospeksi yaaa…mungkin kata “outrospeksi” masih terasa asing bagi kalian semua. Mungkin saya bukanlah orang yang sejenius seperti apa yang kalian harapkan untuk menciptakan kata baru melalui hasil penelitian, hipotesa dan penjelasan yang ada tapi bukankah dengan melalui diri anda sendiri merasakan dan paham tentang “outrospeksi” jika anda mengalami dan mencari sendiri. Saya tidak butuh pujian dari anda, saya tidak butuh pengakuan atau apapun dari anda, saya hanya ingin anda tau apa alasan anda melakukan semua ini tanpa melupakan cara yang benar untuk menjadi baik, dan cara baik untuk menjadi benar.

Tulisan ini melalui proses panjang dan rasa malas yang menggoda akhirnya selesai jam 2:11am di pinrang kampung halaman saya pada tanggal 19 juni 2015. Maaf jika tulisan ini membuat anda ikut bingung, saya sendiri juga tidak terlalu tau inti dari tulisan ini, saya hanya mencoba mengeluarkan apa yang saya pikir.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun