Setiap pergolakan dari kecil dan besar, dari ukuran mikro dan makro adalah disebabkan karena amarah. Amarah bag api memakan kayu dan membuatnya kalap serta lupa. Jika kita mengerti tentang segala sesuatu yang bisa ditimbulkan amarah seharusnyalah kita berfikir sebelum marah. Hati seperti layaknya kertas yang bila dibakar akan menjadi abu. Bag seperti kain vas yang apabila ternodai amarah maka akan tak terhapuskan.
Aku sendiri tak faham mengapa amarah itu begitu menyakitkan, begitu menyesakkan, fikiran akal dan hati,,, jiwa yang tenang butuh kesabaran dalam menghadapi amarah. Realita yang  begitu menyulitkan dari harga yang melambung, perekonomian yang sulit dan persoalan sosial yang pelik membuat manusia acap kali mudah tersulut amarah.
Kini kita tak bisa menghindar kecuali menikmati segala sajian pertikaian dan pertentangan yang begitu riuk rendah dan dibanggakan banyak pihak. sudah merasakan benarkah mereka yang sanggup marah tanpa anda yang menandingi? Anak-anak seperti dicekokki jamu yang amat pahit dan harus mereka telan. Mulai dari film-film hiburan sampai sineteron dipertunjukkan bentuk-bentuk amarah. Apakah mereka tak berfikir bahwa efek dari sebuah letupan amarah yang itu hanya sandiwara akan menjadi ujung lidah api?
Sungguh aku sangat keberatan jika negara kita sampai terkepung oleh amarah. Â Ketentraman abadi, ratu adil, dan berbagai pelupuk harapan yang menggelora memupus seperti layunya dedaunan. Jangan sampai wahai kawan generasi bangsa sampai dipupuk amarah, karena jalan kita masih panjang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H