Mohon tunggu...
Bari Muchtar
Bari Muchtar Mohon Tunggu... -

Mantan jurnalis Radio Nederland siaran Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Upaya Mencegah Kemelut Diplomatik Belanda-Turki

27 November 2014   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:40 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rabu 26 November kemarin Menlu Belanda Bert Koenders berbicara lewat telpon dengan sejawatnya dari Turki, Menlu Cavusoglu. Mereka membicarakan soal tudingan terhadap Belanda yang tertulis di webstie Kementerian Luar Negeri Turki. Menurut Koendoers, melalui pembicaraan telpon itu, menlu Turki Cavusoglu menyatakan dirinya mengambil jarak dari sebagian kritikan di website tersebut.

Di situs itu tertulis bahwa cara Belanda menangani masalah integrasi migran asing agresif dan rasistis terutama terhadap migran asal Turki. “Orang Turki dihadapkan dengan diskriminasi, islamofobia, rasisme, dan ini tidak bisa kita terima”. Demikian bunyi pernyataan di situs Kemenlu Turki.

Pemerintah Belanda pun merasa jengkel. Wakil perdana menteri Belanda, Lodewijk Asscher, mengatakan bahwa pernyataan itu, kalau memang benar adanya, tidak berdasarkan informasi yang benar, tidak betul, tidak pantas.

Dalam pembicaraannya dengan menlu Turki, menlu Belanda Koenders juga mengatakan, “mencampuri langsung urusan negara asing adalah tindakan yang tidak pantas dalam sebuah perdebatan demokrasi”.

Menurut Koenders, dalam pembicaraan telpon itu menlu Turki Cavusoglu menggarisbawahi pentingnya integrasi warga Belanda asal Turki dan belajar bahasa Belanda. “Ia menyatakan keprihatinannya terhadap berbagai reaksi belakangan ini di kalangan masyarakat Belanda, antara lain sehubungan dengan angket Motivaction.”

Menurut hasil angket tersebut, 87 persen remaja Belanda asal Turki menyetujui adanya kelompok jihad yang membawa perubahan di kawasan Arab. Menurut angket tersebut pula, banyak remaja asal Turki yang mendukung Negara Islam (IS).

Penelitian terhadap organisasi-organisasi Turki di Belanda yang mau dilaksanakan menteri Asscher juga menyulut kejengkelan Turki. Tujuan penelitian Asscher itu adalah untuk mengetahui apakah organisasi-organisasi orang Turki di Belanda tidak menjadi penghambat proses integrasi migran Turki di Belanda.

Koenders dan Cavusoglu sepakat untuk berbicara lagi guna membahas masalah tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun