Mohon tunggu...
Bari Muchtar
Bari Muchtar Mohon Tunggu... -

Mantan jurnalis Radio Nederland siaran Bahasa Indonesia.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menlu Belanda: Belum Saatnya Mengakui Negara Palestina

21 November 2014   00:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   17:16 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menteri Luar Negeri Belanda, Bert Koeders, berpendapat, belum tiba saatnya bagi Belanda untuk mengakui negara Palestina. Demikian tandasnya di depan Parlemen Belanda de Tweede Kamer, Rabu 19 November kemarin.
Pengakuan itu, kata menlu, harus terjadi pada “momen strategis” kalau saatnya sudah efektif dan riil dalam proses perdamaian. Mengakui negara Palestina sekarang tidak akan bermanfaat langsung bagi proses perdamaian, tambah Koenders.

Namun menlu Belanda menambahkan, bagus kalau masalah ini tetap didiskusikan. Dan ini sejalan dengan kebijakan Uni Eropa, tambahnya. Beberapa saat silam Swedia telah mengakui negara Palestina.

Koenders berpendapat pula, sangat masuk akal kalau Uni Eropa mendapat “peranan substantsial” dalam proses perdamaian antara Palestina dan Israel yang sekarang macet total. Koenders menekankan, proses perdamaian antara Palestina dan Israel “esensial”.

Pendahulu Koenders, Frans Timmermans, bulan lalu mengatakan berdirinya negara Palestina adalah bagian terakhir dari proses perdamaian. Tapi Koenders justru bependapat, mungkin negara Palestina bisa berdiri lebih cepat. Pengakuan negara Palestina adalah “bagian dari strategi yang dikembangkan menuju penyelesaian dua negara dan harus dilakukan ketika muncul kemungkinan tercapainya hasil maksimal.

Kabinet Belanda ingin memelihara hubungan baik, baik dengan Israel maupun Palestina. Meski demikian Koenders menilai, pembangunan pemukiman Yahudi di kawasan Palestina adalah tindakan ilegal, melanggar hukum internasional dan menghalangi penyelesaian dua negara.

Selain itu menlu Belanda yang baru menjabat ini, berupaya untuk meraih dukungan mayoritas anggota Uni Eropa mengenai label produk-produk dari kawasan Palestina yang diduduki Israel.

Pada 2012 para menlu Uni Eropa sudah menyetujui rencana itu, tapi tahun lalu dibatalkan supaya tidak menghalangi upaya Amerika menghidupkan kembali proses perdamaian. Tapi inisiatif Washingston ini akhirnya kandas juga.

Menurut rencana tersebut, produk-produk dari kawasan Palestina yang diduduki tidak boleh lagi menggunakan label Made in Israel. Terutama fraksi-fraksi partai kristen kecil di Parlemen Belanda menentang keras rencana tersebut. Mereka khawatir, ini bisa berujung pada pemboikotan produk Israel. Pemerintah Israel juga sempat berang sehubungan dengan usul tersebut.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun