Negara Islam Irak dan Syams (Suriah) atau Islamic State of Iraq and Shams (ISIS) atau sekarang sudah berubah menjadi IS yakni Islamic State atau Negara Islam, cukup menggemparkan juga di Belanda.
Sebelum kasus ISIS muncul, Belanda disibukkan oleh berita-berita mengenai remaja muslim yang mau ikut “berjihad” ke Suriah untuk memerangi rezim Bashir al-Asad.Sejak itu tersebar berita tentang rencana pemerintah untuk membuat UU yangmemungkinkan pencabutan kewarganegaraan Belanda remaja tersebut.
Menteri Keamanan dan Kehakiman Ivo Opstelten telah menyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) yang bertujuan untuk mencabut kewarganegaraan warga negara Belanda yang ikut pelatihan atau menjadi pelatih di kamp-kamp pelatihan teroris. Selama ini sudah ada aturan yang menyatakan bahwa warga negara Belanda yang secara sukarela menjadi anggota organisasi teror atau ikut mengabdi di tentara asing, bisa kehilangan kewarganegarannya.
UU ini tak pelak lagi berlaku bagi warganegara Belanda yang aktif di IS atau ISIS.
Badan intelijen Belanda Algemene Inlichtingen- en Veiligheidsdienst atau AIVD memperingatkan kemungkinan terjadinya serangan teroris di Belanda.Menurut badan ini, para remaja yang kembali ke Belanda setelah ikut berperang bersamaISIS, bisa mengalami trauma sehingga tidak mustahil kalau mereka bisa melakukan tindak kekerasan di Belanda.
Banyak orang tua para remaja yang terlibat di perang saudara di Suriah dan juga aktif di ISIS yang prihatin dan kawatir. Mereka merasa tidak mampu menghalangi putra mereka yang tiba-tiba hengkang dari rumah. Lalu mereka mendapat kabar bahwa putranya sudah aktif di ISIS.
Berbagai masjid pun ikut aktif mencegah agar para remaja muslim tidak dipengaruhi oleh para perekrut jihadis.
Pemerintah dan masyarakat Belanda juga bertambah prihatin terhadap makin banyaknya warganegara Belanda yang terlibat ISIS. Tindakan kekerasan ISIS seperti pembunuhan keji, pengusiran kelompok minoritas seperti Yazidi di kawasan Kurdisatan Irak seperti yang ditayangkan media semakin membuat kekhawatiran masyarakat awam Belanda.
Ini dimanfaatkan kelompok anti Islam di negeri kincir angin ini untuk semakin memojokkan Islam. Banyak penulis kolom yang berusaha meyakinkan pembacanya bahwa IS atau ISIS sangat berbahaya bagi Belanda. Menurut mereka ISIS sangat berbahaya karena mau menaklukkan seluruh dunia termasuk Belanda sehingga berdirilah satu khalifah atau daulah Islamiyah. Ini berarti berakhirnya demokrasi, kebebasan dan kenyamanan hidup. Demikian kesempulan mereka.
Situasi di Belanda bertambah ribet sejak Israel memborbardir Gaza sekitar sebulan lalu. Peristiwa ini menyulut berbagai unjuk rasa di negeri kincir angin ini. Di kota-kota besar seperti Amsterdam, Rotterdam dan Den Haag demo berlangsung yang diikuti oleh pelbagai kelompok yang memprotes kebrutalan tentara Israel di kawasan Palestina. Para simpatisan ISIS pun ikut serta dengan membawa benderanya yang berwarna hitam dan bertuliskan syahadat.
Ada juga kelompok yang terang-terangan membawa slogan anti Yahudi atau antisemitis. Ini membuat berbagai pihak di Belanda berang. Berbagai organisasi Islam dan Yahudi di Belanda serta merta menyatakan rasa prihatin dan mengimbau untuk mencegah ucapan-ucapan dan perbuatan anti semitis. Mereka ingin menghindari agarkonflik antara pemerintah Israel dengan Hamas tidak memecah belah masyarakat Belanda.