[caption id="attachment_346699" align="aligncenter" width="480" caption="Gerhana bulan dijepret di Makassar. Foto:mda)"][/caption]
Makassar (8/10), Gerhanabulan total terjadi di Indonesia, Rabu (8/10) malam. Suasana langit Makassar beruntung jernih tanpa awan sama sekali ketika gerhana tersebut terjadi. Fenomena alam ini secara sangat kebetulan juga diuntungkan oleh ketiadaan awan yang biasa mengganggu di sekitar sang raja malam itu. Masyarakat Makassar dapat menyaksikan fenomena ini secara sempurna.
Berdasarkan rilis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) yang dilansir kompas.com, fenomena gerhana dimulai pada pukul 15.14 WIB dan berakhir pada 20.25 WIB. Sementara itu, periode totalitasnya bakal berlangsung selama 1 jam, pukul 17.24-18.24 WIB. Di Indonesia bagian tengah, tepatnya di Makassar, pada pukul 16.14 Wita, gerhana tidak dapat disaksikan, karena sinar matahari masih sangat terang. Ketika pulul 17.00 Wita, saat penulis meluncur di Jl.Perintis Kemerdekaan kea rah barat, sinar matahari yang biasanya menilaukan mata, sedikit ‘jinak’, karena boleh jadi sudah terjebak berada pada se-garis lurus dengan bulan yang mulai menaik di ufuk timur.
Masing-masing daerah di Indonesia punya keberuntungan berbeda dalam menyaksikan gerhana bulan tersebut. Warga wilayah Indonesia Timur beruntung karena bisa menyaksikan fase gerhana secara penuh. Fase itu terdiri atas awal gerhana, gerhana bulan sebagian, totalitas, hingga kembali lagi ke gerhana sebagian dan akhir gerhana. Fenomena ini sama dengan yang dapat disaksikan di Makassar.
Waktu terjadinya gerhana-lah yang membuat warga Indonesia Timur beruntung. Saat gerhana mulai, waktu sudah menunjukkan senja hari, pukul 17.14 WIT. Tampaknya kejadian gerhana yang disaksikan masyarakat Indonesia di bagian timur itu bersamaan dengan waktu pukul 18.14 Wita bagi masyarakat di bagian tengah Indonesia, seperti Makassar yang terletak tepat di tengah Indonesia.
Warga Indonesia Tengah tak seberuntung teman di Indonesia Timur. Saat gerhana mulai, waktu masih menunjukkan pukul 16.14 Wita. Meski demikian, warga Indonesia Tengah masih berpeluang menyaksikan gerhana sebagian pada tahap awal.
Meski begitu, Indonesia Tengah dan Timur tetap punya keberuntungan sama dalam menyaksikan planet Uranus dengan mata telanjang yang menemani fenomena gerhana.
Astronom amatir Ma'rufin Sudibyo lewat percakapan dengan Kompas.com, Selasa (7/10/2014), mengatakan, Uranus bakal tampak dengan magnitudo +5. Planet itu akan terlihat di sebelah kanan Bulan.
Uranus hanya akan tampak dengan mata telanjang dari Indonesia Timur dan Tengah karena terbatasnya waktu totalitas gerhana.
Uranus adalah planet yang letaknya jauh dari Bumi. Dua faktor yang menentukan penampakan planet ini dengan mata telanjang adalah jaraknya dari Bumi dan tingkat kegelapan langit malam.
Faktor tingkat kegelapan langit malam hanya terpenuhi saat Bulan memasuki fase gerhana besok.
Sementara itu, faktor jarak Uranus dengan Bumi sudah terpenuhi. Sebab, pada Rabu (8/10/2014) pukul 03.00 WIB dini hari, planet itu berada dalam jarak terdekat dengan Bumi, tepat di seberang Matahari dari sudut pandang pengamat di Bumi.
Dosen dari sub-keahlian Tata Surya jurusan Astronomi ITB, Taufik Hidayat, mengatakan bahwa pengamatan Uranus tetap sulit.
Menurut Taufik, meskipun memiliki magnitudo +5, Uranus bakal mengalami pelemahan karena atmosfer Bumi. Butuh langit yang gelap untuk mendukung pengamatan. "Di kota-kota sepertio Jakarta dan Bandung tidak mungkin. Di Indonesia timur ada peluang, tetapi tetap sulit, harus terlatih."
Warga Indonesia Barat, walaupun tak bisa mengamati gerhana secara keseluruhan dan Uranus dengan mata telanjang, tetap punya keberuntungan.
Fase totalitas gerhana akan terjadi bersamaan dengan saat senja. Dengan demikian, pada saat senja, warga Indonesia Barat bisa melihat Matahari yang hampir tenggelam di barat dan Bulan yang terbit dengan warna merah darah di timur.
Fenomena itu secara populer dikenal dengan "selenelion", yaitu ketika dua benda langit terpisah 180 derajat dari sudut pandang manusia di Bumi.
Saat selenelion terjadi, manusia akan melihat satu benda langit terbit dan benda langit lain di seberangnya tenggelam, atau sebaliknya. Kali ini, selenelion yang bakal dilihat adalah Bulan dan Matahari.
Warga Indonesia Barat bakal melihat Bulan terbit di timur dan Matahari tenggelam di barat. Sebaliknya, warga Amerika bakal melihat gerhana Bulan tenggelam di barat dan Matahari terbit di timur.
Gerhana malam tadi di mana pun Anda berada, menawarkan fenomena-fenomena "bonus" yang unik. Jangan lewatkan. Jangan pula menganggapnya terlalu biasa untuk disaksikan. (kompas.com/mda).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H