Pada permainan PSSI-Rapid Austria dan PSSI-Khmer, dalam anggota PSSI pilihan Suwardi Arland ditemukan Nobon sebagai gelandang penyerang. Gol yang diperolehnya merupakan hasil kepekaannya terhadap situasi.
PSSI mengawali bulan pertama tahun 1974 dengan kalah dan menang 1-2 lawan Rapid Austria dan 3-1 lawan Khmer. Yang pertama untuk mencari uang dan pengalaman dan yang. kedua, menurut Suwardi Arland. mempunyai "arti psikologis" terhadap kekalahan PSSI (2-3) dalam turnamen President's Cup di Seoul September 1973. Tak usah disangsikan arti pengalaman lawan kesebelasan profesional Eropa dan tak pula dibantah keberhasilan PSSI membuat revans terhadap tim "invalid" Khmer, meski sukses keuangan dalam segi tiga awal Januari itu masih tanda tanya.
 Usil.Â
Tapi bagi yang usil, soal yang lebih menarik agaknya berkisah pada peranan Suwardi Arland yang ditugaskan menyusun tim pilihan dari material pemain minus anak-anak Persija.
"Anda 'kan melihat sendiri bagaimana keadaan PSSI Selection ini", jawab Suwardi pada TEMPO ketika ditanyakan penilaiannya terhadap tim yang distelnya dalam 3 hari.
Kesan penonton tidak jelek. Lawan Rapid yang bermain terbuka dan kendor, PSSI memperlihatkan semangat-tanding dan kerjasama berkualitas internasional, sehingga sempat merupakan orang bahwa mereka praktis. Kesebelasan Persebaya yang diperkuat Medan (Ronny Pasla, Nobon), Ujung Pandang (Ronny Pattinasarany) dan Langkat (Kapten Anwar Ujang). Tapi harapan yang mulai ditimbulkan oleh tim "insidentil" -- dari daftar nama pemain insidentil PSSI -- nyaris mengundang caci-maki penonton. Penyakit lama agaknya kumat lagi: lawan bagus PSSI juga ikut bagus, lawan buruk ya ikut buruk. Nasib PSSI Selection lawan Khrner tak pelak lagi berada di kaki Duer Sokhom (no.9).
"Andaikata dia tidak termakan Subodro, niscaya keadaan bisa lain", kata beberapa tokoh bola PSSI. Dan Suwardi pun tidak membantah. "Penyerang mereka lebih kompak dan rapi", katanya.
  Kepepet.Â
Dalam keadaan serba kepepet, Suwardi tidak gagal memilih pemain. Ini satu hal yang mengangkat namanya.
 "Saya pilih Anwar dari Risnandar karena saya tidak mau menanggung risiko besar. Anwar lebih pengalaman. Sedangkan Nobon tokh tidak mengecewakan", katanya mengenai pilihannya.
Debut Nobon bukan saja tidak mengecewakan, malahan ia berhasil merebut kepercayaan publik. Peranannya sebagai gelandang penyerang --- tapi jangan sekali-kali ditugas-rangkapkan dengan menjaga lawan --- ia memperlihatkan permainan yang sederhana, tapi efektif. Jauh lebih baik dan permainan yang diperlihatkannya dalam Kesebelasan PSMS. Nobon juga menentukan pola penyerangan dengan distribusinya yang serba cepat dan taktis. Dua gol yang bersarang di gawang Rapid dan Khmer adalah hasil kepekaannya terhadap situasi, disertai kecermatannya menggunakan peluang. Lumayan PSSI memperoleh pemain "baru" Nobon dari segi-tiga ini. (Tempo 26 Januari 1974 melalui "Sepakbola Indonesia", diunggah dari Google.com 17 Oktober 2010, pukul 23.00 Wita, Bersambung).