Penghargaan terhadap Ramang mestinya sangat special. Dia layak menjadi seorang pahlawan olahraga. Hanya saja, pahlawan selama ini lebih banyak diberikan kepada mereka yang pernah mengangkat senjata dan pejuang melawan penjajah.Â
Belum pada mereka yang juga pernah mengharumkan nama bangsa di mata dunia. Kalau pun ada sebatas untuk pecantik kalimat dalam pemberitaan media. Para 'pahlawan bulutangkis' dan sebagainya.Â
Mestinya, tokoh sepakbola sekelas Ramang yang hingga kini tidak ada duanya itu layak mendapat penghargaan dari pemerintah. Paling tidak, disisihkan dana abadi untuk membiayai keluarganya yang hingga kini masih ada yang mengontrak rumah. Jalan di kota Makassar, tempat dia meninggal, tidak ada yang menggunakan namanya.
Anwar mengaku, tidak pernah ada penghargaan yang diberikan kepada ayahnya sebagai seorang legenda di lapangan hijau. Pernah beberapa tahun silam, ada undangan untuk keluarga hadir di lapangan Karebosi. Ternyata yang diserahkan adalah selembar penghargaan, yang di rumahnya mungkin tidak terhitung banyak di lemari kecilnya.Â
Keluarga Ramang tidak perlu lagi menerima penghargaan sejenis kertas seperti itu. Penghargaan yang diberikan oleh publik nasional yang selalu menyebut-nyebut namanya sudah tidak ternilai membanggakannya. Tetapi itu sebatas penghargaan verbal belaka. Keluarga Ramang membutuhkan penghargaan yang dapat dikenang.
Beruntung dulu, Pak Kardono, Sekretaris Pengendali dan Operasional Pembangunan (Sesdalopbang) -- Pembantu Khusus Presiden Soeharto -- yang juga merangkap sebagai Ketua Umum PSSI datang ke Makassar. Ketika itu perwira tinggi TNI Angkatan Udara itu bertanya kepada Ramang.
''Apa yang Pak Ramang minta. Bilang saja,'' tanya Kardono.
''Kalau boleh, rumah saya punya sertifikat,'' jawab Ramang lugu.
Ajudan Kardono langsung mencatat. Sertifikat pun diurus secepat kilat, sebab Kardono ingin menyerahkan dokumen penting rumah itu, esok malamnya. Sertifikat ternyata bisa selesai dalam satu hari. Sampai-sampai karyawan Kantor Agraria waktu itu terheran-heran dibuatnya. Belum pernah ada sertifikat bisa dibereskan dalam waktu sehari.
Ternyata kemudian, Kardono belum puas dengan hanya menyertifikatkan rumahnya Ramang. Dia bertanya lagi kebutuhan sang macan bola tersebut.
''Apalagi, Pak Ramang,'' tanya Kardono.