Hari Minggu (30/3/2014) merupakan saat yang paling 'apes' bagi saya selama ini. Betapa tidak, pada hari inilah saya terkena hipnotis seperti yang banyak diberitakan di media. Akibatnya, isi rekening saya ludes amblas. Selama ini saya yang justru menasihat keluarga dan orang-orang lain, malah saya yang terkena dan jadi korban. Sialan. Kisahnya;.
Sekitar pukul 11.00, saya meninggalkan kediaman Kak Roem, Ketua DPRD Sulsel di Jl.Ratulangi Makassar, sehabis mewawancarainya untuk buku 40 hari Prof.Dr.A.Amiruddin.Saya memang dari rumah belum sempat sarapan, kecuali mengembat sekerat roti yang diolesi selei durian. Juga, saya tidak membawa mobil, karena dipakai ibu ke Pangkep untuk arisan keluarga. Pilihan satu-satunya, naik angkot. Biasanya kalau ada motornya Hery, anak saya yang pertama, itu yang saya tunggangi. Sebenarnya, masih ada satu motor di rumah, tetapi saya lupa menyambarnya.
Sekitar pukul 09.03 saya tiba di Pos Satpam kediaman Kak Roem. Saya duduk-duduk di pos sambil menunggu konfirmasi kesediaan Kak Roem melalui pembantunya yang disampaikan salah seorang dari dua Satpam yang berjaga di Pos sambil menonton TV.
Usia wawancara, saya berjalan kaki ke selatan. Tujuannya ke Mall Ratu Indah untuk mentransfer uang ke adik untuk pembeli madu di kampung. Di depan Gedung Bank Sulselbar, tiba-tiba seorang lelaki gemuk menunggang sepeda motor berhenti sambil menahan saya dan mengajak bincang-bincang, sambil mengatakan, bahwa gedung yang dibangun di samping kiri Jl. Ratulangi adalah temannya yang bekerja. Dia pun berbasa basi menjelaskan bekerja di Kantor PU di Makassar dan kini pindah ke Kantor PU di Palopo sambil menanyakan ini itu, setelah menyalami saya.
Tiba-tiba dari arah selatan muncul seorang lelaki bertubuh kecil, kerempeng. (Saya ingat dan mengenali keduanya jika saya bertemu lagi). Dia bertanya tentang letak sebuah pesantren, Dia sebut nama pesantren itu. Tiba-tiba yang gemuk ikut nimbrung apakah si badan kerempeng itu dari salah satu Pesantren di Martapura, Kalimantan Selatan? Lelali kecil menjawab: ya. Lalu yang gemuk, menyambut bahwa si anu (sambil menyebut nama orang) baru saja kembali dari berobat pada ustadz di pesantren karena istrinya lumpuh dan kini Alhamdulillah ditambah rezeki Rp 600 juta.
''Kalau begitu boleh kami didoakan agar dapat rezeki seperti bapak itu,'' kata si gemuk.
Akhirnya kami berjalan memasuki sebuah halaman pertokoan dan duduk bertiga di depan sebuah bak - tak tahu bak apa. Si kecil duduk di tengah, saya apit dengan si gemuk, dan mulailah dia berkhutbah.
''Bapak ini suka minum dan berjudi,ya. Harus tobat,'' kata si kerempeng.
''Tetapi saya sudah berhenti,'' jawab si gemuk.
''Sekarang punya simpanan?,'' kata si kerempeng lagi.
''Ya, Rp 81 juta, istri saya tahun depan mau ke tanah suci,'' si gemuk melanjutkan kemudian diikuti dia mengeluarkan kartu ATM Bank BNI yang diletakkan di atas bungkusan kecil terbungkus plastik. Kemudian si kerempeng itu beralih kepada saya.