Persepsi batik itu terlalu biasa buat diriku karena aku memang menyukai batik sejak dulu. Alasan utama, enak dan nyaman dipakainya, apalagi jika memakai batik tulis, terasa nyaman sekali. Dulu aku hanya melihat batik dari perspektif seorang konsumen atau pengguna saja. Kini, perspektifku sudah berubah, aku melihat batik sebagai warisan budaya, kekayaan lokal tempat tinggalku, bahkan aku mendapatkan kearifan lokal, filosofi “batik” yang tidak pernah kukenal sebelumnya.
Budaya membatik satu-satunya warisan budaya Indonesia yang sangat penting dilestarikan. Setiap daerah punya keunikan kerajinan batiknya. Potensi dari tiap daerah dalam menghasilkan batik tidak lepas dari budaya setempat . Sebagai contoh Batik Banten dikenal dengan Pesona Krakatau. Pesona Krakatau itu diangkat sebagai motif dalam pembuataan batik Banten karena kearifan lokal.
Apa yang dianggap sebagai kekayaan alam, ikon, yang terdapat dalam suatu daerah seperti kekayaan anggrek, kacang goreng yang ditemukan di sekitar Banten dijadikan dan diangkat sebagai motif-motif batik. Pengrajin yang membatik dari Tangsel , Banten itu mempunyai daya imajinasi kuat tentang alam yang indah dari Krakatau menjadi inspirasi dalam motif-motif yang dihasilkan oleh pengrajin batik. Demikian juga dengan kekayaan alam lainnya seperti kacang goreng dan anggrek ditemukan di beberapa tempat di Banten, maka kacang goreng dan anggrek jadi inspirasi motif pembatiknya.
Batik Tangsel:
Dalam workshop bertema “Ketapels Membatik”, kami peserta mendapat kesempatan untuk berkenalan secara langsung dengan pemilik “Sekar Purnama” , Dra. Nelty Fariza K. Perempuan berusia 54 tahun ini awal mulanya membuka usaha batik pada tahun 2004 dengan biaya sendiri hanya berbekal pengetahuan tentang handycraft. Ternyata tekad keras untuk produksi dan pemasaran batiknya cukup berhasil. Dalam jangka waktu setahun bu Nelty sudah berhasil mengembangkan pemasaran batiknya sampai ke luar negeri.
Mengapa batiknya yang dibawa ke luar negeri dapat disukai oleh konsumen di luar negeri? Inilah rahasia yang dikemukakan oleh Bu Nelty kepada kami semua.
Sebelum mendesign batik yang akan dibawa ke luar negeri, Bu Nelty sudah membuat riset tentang budaya, kultur dari calon konsumen di luar negeri, sebagai contoh orang Jepang menggemari corak yang sangat tradisional dengan motif bunga sakura yang sedang mekar di musim semi. Dibuatlah design batik sesuai dengan kultur, warna,tema yang eksotik orang Jepang. Ketika pameran berlangsung, dalam sekejab, para diplomat asing dan keluarga istana kekaisaran Jepang membeli baju batik itu sudah ludes laris terbeli.
Bagaimana dengan kondisi batik di dalam negeri sendiri?
Bu Nelty menjelaskan kepada peserta workshop bahwa motif batik etnik yang sudah diciptakan jumlahnya lebih dari seratus macam. Sebagai contoh motif Pesona Krakatau, Debus Jawara Banten, Kekayaan Flora, Mahkota Kerajaan Banten. Motif lain yang juga diangkat dalam design batiknya adalah dari kearifan budaya lokal , atau memilih ikon flora dan fauna yang terdapat di Banten. Seperti diketahui di Tangerang Selatan terkenal dengan budidaya Anggrek Ungu jenis Vand Douglas.
Mengingat betapa sulitnya untuk menciptakan design seperti yang diinginkan di atas, setiap pengrajin yang membantunya dalam memproduksi motif yang bernuansa etnik Banten itu harus memiliki roh dan jiwa yang memahami kultur,budaya, serta kearifan lokal supaya design yang dihasilkan bagus.Apabila pengrajin itu tak memiliki roh dan jiwa seperti itu, maka hasil design batik akan sangat jelek dan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan. Dalam menciptakan produknya Ibu Nelty selalu mengutamakan batik yang indah,nyaman, menarik. Batik yang sangat menarik adalah yang enak dipakai atau fungsional dan bernilai seni tinggi.