Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Temukan Passion Seorang Digital Designer dan Illustrator, Lindungi Passion dengan FWD

15 Oktober 2016   19:20 Diperbarui: 27 Oktober 2016   00:45 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya sebagai orangtua  bukan dilahirkan dalam era generasi X, mungkin  3 atau 4 generasi sebelumnya.  Jika generasi X dapat  dengan mudahmenyelami  tentang arti kebebasan seorang anak untuk memilih passionnya.   Tetapi bagi sebagian besar orangtua generasi sebelum X  sering berkutat dengan prinsip atau keinginan dirinya  sendiri. Sulit menerima  passion anaknya yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Namun, saya selalu belajar  mengikuti perkembangan era dan zaman bagaimana cara  orangtua harus mengexplore passion .  Lebih baik jika explorasi  ditemukan sejak kecil, bahkan mengembangkannya dan memberikan fasilitas serta dukungan agar passion itu bisa terwujud.

Sejak kecil anak saya itu gemar menggambar.  Gambarnya bukan sekedar pemandangan, tetapi karakter dari apa yang digemarinya dan karakter yang dilihatnya dari komik jepang.    Saya sering memergokinya saat tangannya sedang menggambar ketika sedang belajar pelajaran.  Gambar itu dicoretkan di buku tulis atau buku pelajaran matematik atau apa yang sedang dipelajarinya.  

Hasil Gambar /dokumen pribadi
Hasil Gambar /dokumen pribadi
Suatu saat ketika anak saya diajak ke toko buku  “Kinokuya”,  saya tidak menyangka dia tertarik  ke rak buku-buku  dengan kategori  "ART".  Dia   memegang sebuah  buku yang berjudul “”Cardcaptor Sakura Illustrations Collection 2”.   Dia tahu harga buku itu termasuk buku yang sangat mahal Rp.167,000 (pada tahun sekitar 1997).    Kami  merasa berat hati  untuk membelikannya karena tidak ada budget untuk beli buku itu.  Saya ajak dia  untuk melihat buku yang lain.  Tetapi hatinya sudah melekat dengan buku yang pertama dilihatnya. Dia kembali menengok, memegang dan diam seribu bahasa.   Akhirnya, saya bilang : “OK ambil saja, tapi nanti H (nama anak saya) harus mencicil harga dua buku yang mahal itu dari tabungan".

Sejak saat itu saya dan ayahnya mengetahui secara persis bahwa dia menyukai menggambar.  Kami selalu mendukung dia saat memilih ekskul Manga di sekolah dari kelas X sampai XII, meskipun pada saat kelas XI dia memilih kelas IPA.     Pilihannya IPA  dianggap sebagai banyak pilihan bidang jurusan pada saat masuk ke perguruan tinggi.

Menginjak perguruan tinggi, ternyata passion itu makin menguat, pilihan tidak bisa digugat lagi,  Digital Design.   Dengan semangat dan pilihan yang kuat itu dia  dapat menyelesaikan studinya dalam waktu singkat 2 l/2 tahun, dilanjutkan dengan illustrator .

https://www.behance/helsatanaya
https://www.behance/helsatanaya
https://www.behance/helsatanaya
https://www.behance/helsatanaya
Selesai menemukan passion, kehidupan selanjutnya menanti, dia akan menginjak dunia kerja yang dengan tantangan karena dunia digital di Indonesia berbeda perkembangannya.

Namun, dia sudah meneguhkan dan meyakinkan kepada saya bahwa passionnya itu adalah setengah dari bekal perjalanan karir yang akan ditempuhnya. 

Tantangan terberat ketika dia harus terjun di pekerjaan . Dunia digital di Indonesia belum sepenuhnya didukung oleh pemerintah dan tidak punya divisi riset yang terpisah dengan divisi komersialnya.  Berbeda dengan Australia maupun Amerika dimana dunia digital menjadi tulang punggung dari semua industri. Riset dan inovasi dan dana untuk riset sangat besar .  Sehingga  dunia digital di kedua Negara itu berkembang jauh lebih cepat dan maju.   Sementara di Indonesia, dunia digital, masih dalam taraf start-up,   sebagai  pendukung segi pemasaran saja. Padahal untuk segi pengembangan dari suatu produk, diperlukan inovasi dan digital marketing .

Digital Marketing sebagai tulang punggung produk

Ketika cita-cita untuk menjadi creative director itu merupakan impian.  Ada banyak tantangan di depan karena seorang creative director bukan hanya mampu untuk menarik klien sesuai dengan ide besarnya, tapi seringkali klien yang merasa membayar seorangcreative directoritu tak punya details atau data lengkap dari produk yang dia jual dan apa  yang diinginkannya agar pembeli punya persepsi tentang produk yang dijual.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun