Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Artikel Utama

“Sejujurnya Tentang Ketidakjujuran”

28 Maret 2015   10:42 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:53 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari anak saya bercerita dengan polosnya,“Mah, aku tadi tak bayar gesek kartu untuk bayar tram”.Mendadak rasa kaget yang luar biasa.“Loh, kok ngga bayar kenapa?

“Iya, khan di Melbourne itu tram ngga ada yang tagih seperti di Indo, tidak ada kondekturnya yang minta duitnya atau kartunya.Orangnya sendiri yang harus jujur untuk bayar. Tanpa diawasi oleh orang lain!”

Saya langsung memberikan nasehat yang ampuh kepadanya.“Nak, jangan lakukan yach. Nanti kalo pas sial, tiba-tiba ada pemeriksaan, lalu kena, urusan kriminal di negara orang sulit loh”.Diam seribu bahasa, anak saya tidak memberikan jawabannya. Tapi dari raut mukanya, saya melihat dia menyimak dengan sungguh-sungguh.

Nach, setelah beberapa minggu kemudian, ketika sedang skype, anak saya memberikan kesaksian bagaimana ada pemeriksaan di tram terjadi secara mendadak.Ada orang yang pura-pura seperti orang awam, tiba-tiba meminta dan melihat kartu elektronik bayar tram.Setelah dilihat, dia akan mengecek dengan suatu alat, apakah orang itu bayar atau tidak.

Dari kejadian itu, anak saya langsung mengaku:“Aku takut jika tak bayar, nanti didendanya mahal bisa tiga kali lipat. Kalo ngga bisa bayar, bisa lima kali lipat.Duh, aku ngga mau dech. Biarin jujur aja dech!”

Perilaku berbohong adalah universal(tidak mengenal usia,kelamin, atau kedudukan), membuat Profesor Dan Ariely memutuskan untuk menelitinya lebih lanjut melalui berbagai eksperimen yang mengukurketidakjujuran dalam kondisi yang berbeda-beda.Bukunya tentang ketidakjujuran berjudul The Honest Trust About Dishonesty, bukan hanya memahami lebih baik berbagai aspek ketidakjujuran, tetapi juga menemukan cara-cara yang berpotensi mengurangi kecenderugnan orang yang tidak jujur

Beberapa aspek tentang ketidak jujuran:

PERAN STANDARD MORAL:

Mengingatkan orang akan “Standar moral”sebelum melakukan sesuatu dapat mengurangi tendensi untuk tidak jujur.Profesor Ariely menemukan bahwa standar moral ini tidak harus religius. Standar moral sekuler (bahwa menyontek/berbuat curang itu salah) pun sama efektifnya mengurangi ketidakjujuran ketika seseorang diminta mengingat dan menyetujuinya secara eksplisit. Ariely berspekulasi apakah membikin orang membuat pernyataan janji untuk jujur setiap kali sebelum mengerjakan sesuatu bisa mengurangi kecenderungan berbohong.

JARAK PSIKOLOGIS DENGAN KETIDAKJUJURAN:

Ilustrasi yang diberikan misalnya Pemin golf sering curang dengan “memindahkan”, bola ke posisi yang leibh menguntungkan saat tidka ada yang melihat.Dilakukan dengan cara menggeser bola dengan stik, dengan kaki atau dengan tangan langsung. Ketika disurvei, pegolf merasa lebih mudah untuk curang dengan cara menggeser bola menggunakan stik tangan.Disebukan “Jarak psikologis”, semkin “jauh”” jarak psikologis kita dengan dengan sebuah perbuatan curang. Kita merasa semakin mudah melakukannya. Menggeser bola dengan stik memberikan jarak itu karena stik menjadi perantara antara bola dengan tubuh kita. Sementara memegang langsung bola dengan tangan terasa lebih berat terksean memang diniatkan.

TIDAK JUJUR TANPA SADAR:

Ketidakjujuran dilakukan tanpa sadar, tetapi hal ini terjadi karena ada “bias” yang belum disadari oleh pelakunya.Salah satu motivasi tersembunyi.Seorang dokter gigi beli alat terapi dengan harga yang mahal.Ada motivasi untuk “mengembalikan modal” bisa membuat si dokter gigi untuk menganjurkan pasien untuk menggunakan terapi dengan peralatan canggih, walaupun secara medis sebenarnya tidak perlu.Sebenarnya dokter tidak ingin menyesatkan pasien, tetapi motivasi dibawah sadarnya bisa mengaburkan kejernihan pertimbangannya.

Contoh lain, adalah seorang salesman untuk obat-obatan. Dia memberikan hadiah kepada dokter . Tanpa sadar segala kebaikan ini bisa membuat sang dokter jadi bias dan ingin membalas kebaikan dengan meresepkan obat dari perusahaan si tenaga sales.Dalam bahasa KPK ini disebut “Gratifikasi”.

TERLALU LELAH UNTUK JUJUR?
Menemukan hubungan antara ketidakjujuran dengan kelelahan mental. Melalui eksperimen, subejk harus mengerjakan tantangan mental yang berat dan sulit menahan godaan untuk camilan tidak sehat di akhir tugas. Ini disebut “ego depletion” yaitu kemauan melawan godaan untuk memerlukan energi dan kemauan.Tetapi jika kemaiuan itu menguras habis energi,otot terus menerus, maka dia akan kehilangan kekuatan, apalagi jika tanpa istirahat.Itulah sebahbnya seharian berjuang untuk diet dan menolak makan tidak sehat, pada penghujung hari akhirnya bisa menyerah kepada godaan makana tidak sehat karena kemauan sudah lelah digunakan seharian.

KREATIVITAS DAN KETIDAKJUJURAN.

Penelitan oleh Universitas California menemukan para pembohongpatologsiadalah kebiasaan berbohong yang sudah bisa dianggap penyakit, memiliki struktur otak yang berbeda dengan yang lain.Di bagian otak prefrontal cortex bertanggung jawab untuk pengambilan keputusan, nalar, pertimbangan moral, para pembohong patologismemiliki banyak sel otak penghubung.Hal ini memungkinkan mereka leibh mudah menghubungan berbagai ingat, ide,konsep. Mekanisme seseoran g untuk kreatif.Apakah ini membuat mereka mudah berbohong dnegan meyakinkan?Atau dengan kata lain semkin kreatif seseorang maka semkin lihai berbohong.

Pencerahan dari buku yang berjudul The Honest Trust About Dishonesty adalah topik psikologi dan perilaku manusia yang membantu kita tidak hanya membantu mengerti lebih baik tentang ketidakjujuran, tetapi juga memberi pencerahan untuk solusi mengurangi perilaku tidak jujur sekitar kita.

Sumber:  The (Honest ) Truth About Dishonesty

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun