Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Pakaian Jadi Sampah yang Membahayakan

29 Desember 2016   18:24 Diperbarui: 30 Desember 2016   03:05 794
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Membeli pakaian baru adalah kesenangan utama bagi para perempuan, termasuk saya. Jujur saya sering merasa tidak punya pakaian jika tidak beli pakaian baru. Padahal, ketika kita tengok ke lemari pakaian, ternyata pakaian lama yang tidak terpakai itu begitu banyaknya. Sejak pensiun, pakaian kantor tidak terpakai lagi. Justru yang sering dipakai adalah pakaian rumah. Namun, ketika kegiataan beralih kepada kegiatan sosial maupun lingkungan,  saya merasa ingin terus membeli pakaian tanpa mengindahkan banyaknya pakaian yang masih ada.

Akibatnya, ketika tempat pakaian sudah makin penuh dan tidak muat lagi, mulailah saya memilih dan memilah mana pakaian yang dapat dibuang .   Membuang pakaian tidak semudah yang dibayangkan. Ketika kita buang ke tempat sampah, banyak yang tidak menyukai untuk dijadikan reduced cycle.

Seringkali kita berpikir bahwa  polusi itu disebabkan hanya oleh pembangkit listrik batubara, penambangan dan limbah mentah yang disalurkan ke tempat air. Kita tidak pernah berpikir bahwa kemeja , pakaian yang kita pakai, dalam hal ini industri pakaian   justru berdampak besar pada keseluruhan kepada planet bumi.

Fashion meninggalkan jejak polusi. Dari setiap langkah dari siklus pembuatan pakaian menghasilkan potensi bahaya lingkungan dan racun.

Salah satu contoh polyester,  yang digunakan oleh sebagian besar dari pabrik fiber, diproduksi dari minyak. Dengan meningkatnya produksi di fashion industry, permintaan untuk fiber meningkat dan otomatis meningkatkan polyester.

Produksi polyester dan produksi pabrik sintestis  merupakan proses energi intensif yang memerlukan sejumlah besar “crude oil” dan mengeluarkan emisi serta beberapa komponen seperti gas acid (hydrogen chloride), yang dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Limbah dari sisa produksi dari produksi polyester juga sangat berbahaya. 

Ternyata  masalah kesehatan dan keselamatan lingkungan bukan hanya berlaku untuk pabrik pakaian saja, tetapi juga berlaku untuk produksi pakaian yang menggunakan bahan dasar kapas. Kapas sebagai salah satu dari bahan fiber  yang digunakan dalam pembuatan pakaian, ternyata juga punya jejak lingkungan. Tanaman kapas hampir sebagian besar menggunakan pestisida, terutama di Amerika serikat sebagai Negara exportir kapas terbesar.  

Sementara kapas, terutama kapas organik, jadi pilihan yang cerdas, tetapi  kapas organik pun masih  menggunakan lebih dari 5.000 galon air untuk memproduksi  T-shirt dan celana jins. Baik sintetis, maupun buatan manusia yang menggunakan serat, sering memiliki masalah dengan polusi manufaktur  yang berkelanjutan.

Proses produksi tekstil, manufaktur dan pencelupan kain juga gunakan kimiawi secara intensif. Sebagian besar pewarna dengan  kimiawi di Indonesia bagaikan “bom”  Fukushima. Sungai Citarum dianggap sebagai salah satu sungai paling tercemar di dunia karena sebagian besar untuk ratusan pabrik tekstil membuang limbahnya ke sungai.. Menurut Greenpeace, fasilitas industri tekstil di hulu Citarum itu akan mengakibatkan kerugian pada kesehatan untuk 5 juta orang yang tinggal di DAS dan untuk satwa liar yang mengkhawatirkan.

Dengan adanya globalisasi berarti bahwa baju yang kita pakai kemungkinan sudah  berkeliling ke bagian dunia lain dalam sebuah kapal kontainer yang  paling kotor terbuat dari bahan bakar fosil. Tren saat ini dunia ritel fashion adalah dengan adanya permintaan ekstrim untuk pakaian cepat dan murah. Permintaan ini menjadi masalah dengan adanya pembelian pakaian bekas dan selanjutnya pembuangan pakaian bekas. Inilah yang akan membahayakan planet bumi dimana kita berada.

Cara Kurangi Sampah Pakaian

  • Tidak mengejar untuk terus membeli pakaian demi “fashionable”
  • Kurangi pembelian pakaian
  • Berikan pakaian bekas yang layak pakai kepada yang membutuhkan
  • Carilah pakaian yang ramah lingkungan
  • Merasa bahagia dengan pakaian yang telah dimiliki.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun