[caption caption="detik.com"][/caption]
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud memojokkan siapa pun.  Saya hanya tergelitik dengan usaha orang untuk menjual produknya dengan usaha apa pun. Usaha yang dimaksud tentunya untuk menarik pembeli.
Pertanyaan yang berikutnya adalah apakah orang datang untuk membeli itu karena memang benar-benar tertarik untuk beli sapi untuk hewan korban atau justru hanya tertarik dengan SPG yang cantik-cantik itu.
Tetapi saya salut dengan cara yang inovatif dengan penjualnya yang memang di masa krisis ini sulit untuk menjual sapi dengan harga yang cukup mahal. Menurut data , harga sapi untuk hewan korban pada tahun 2015 sekitar Rp.14 juta .Saingan untuk penjualan produk yang sama yaitu sapi begitu banyak. Oleh karena itu, cara dari H. Joni termasuk unik sekali.
Ketika pertanyaan diajukan kepada SPG itu :Â Â "Mengapa kamu tertarik menjadi SPG sapi"
Jawabannya :Â "Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan".
Â
Dari dunia kerja memang sekarang orientasi dari penjualan hanyalah jumlah omzet dari hasil penjualan produknya. Terobosan dan inovasi dicari . Bahkan dengan mengorbankan etika pun tetapi dijalankan.Â
Pertanyaan berikutnya, kenapa konsumen tetap tertarik dengan gaya penjualan yang memang sebenarnya memaksakan orang untuk menjadi SPG penjualan sapi?  Ini yang tidak dan belum terjawab sama sekali .  Masing-masing individu pasti punya jawaban yang berlainan.Â
Semoga ada yang mau memberikan komentarnya untuk mendapatkan jawabannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H