Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Mengatasi Konflik Keluarga

28 Maret 2015   10:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:53 1772
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di keluarga tak pernah lepas dari konflik. Baik itu antar anggota keluarga sendiri atau antar antar individu di luar keluarga.

Sebenarnya sumber dari konflik adalah komunikasi yang tak lancar, efektif , salah persepsi dan salah paham dari masing-masing individu.

Pembahasan kali ini dibatasi dengan konflik dalam keluarga. Konflik dalam keluarga yang biasanya bisa terjadi antar ayah-ibu, ayah/ibu dengan anak-anak, atau antar anak.

Apakah konflik itu tidak baik?

Selama dalam hidup, manusia selalu hidup dalam konflik.Awal mulanya konflik dengan dirinya sendiri, lalu dengan orang lain.Tetapi sebagai bagian dari keluarga, tentu kita tak bisa melawan atau mengelak dari apa yang namanya konlfik. Konflik itu alami karena manusia itu saling berbeda watak,karakter, kepribadiannya.

Contoh konflik  dari seorang istri yang introver, senang kepada kesunyian dan ketenangan. Namun, ketiga anaknya adalah seorang ekstrovert dan sangat senangberbicara.Rumahnya menjadi sarang bagi teman-teman anaknya.Ketika mereka datang, rumah ramai sekali. Ketika teman-teman anaknya pulang, rumah sunyi senyap, ibu harus membereskan rumah sendiri tanpa dibantu oleh anaknya.Akhirnya, terjadi konflik antara ibu dan anak-anaknya.Jika masing-masing mementingkan egonya, tak pernah menyesuaikan diri dan mengerti , memahami karakternya dan membuat suasan lebih cair agar konflik itu dapat diselesaikan dengan baik, maka yang terjadi konflik berkepanjangan.

Konflik juga dapat disebut Netral:

Artinya tidak baik dan tidak buruk.Jangan memandang suatu konflik adalah suatu hal yang buruk atau negatif.Apabila konflik muncul dalam pikiran kita, maka kita harus menelaah dulu apakah itu karena :frustrasi yang terjadi berulang kali


  • Orangtua yang sulit diajak bicara
  • Kemarahan yang tak terkendali
  • Harapan yang tidak realistis
  • Pertengkaran
  • Perdebatan
  • Kepahitan
  • Perang dingin

Menghindari konflik bukan jalan keluar untuk tidak berkonflik.Lebih baik berkonflik dengan cara netral.Artinyaberdampak positif pada diri anda sendiri dan hasil positif dari konflik:


  • Pemahaman yang lebih baik akan diri Anda dan orang lain
  • Ide-ide baru
  • Hubungan yang leibh sehat
  • Saling Menghormati
  • Perspektif yang baru
  • Kesadaran diri yang lebih besar
  • Komunikasi yang lebih baik
  • Membantu kita lebih kuat secara emosi

Jangan takut menghadari konflik. Menghadapinya dengan tidak menghancurkan hubungan . Kegagalan kita untuk menangani konflik justru akan menghancurkan. Sambut dengan cara belajar menangani konflik dan memulihkan diri.

Penyebab Konflik:

Masalah konflik dalam keluarga biasanya dapat diidentifikasi secara garis besar dan hal itu akan berulang terjadi dalam kisaran penyebab yang sama.

Isu-isu yang muncul dalam konflik adalah:


  • Kebiasaan vs kontrol
  • Kebersihan kamar
  • Tuntutan untuk rajin belajar
  • Pemakaian handphone
  • Penggunaan komputer
  • Memperoleh ranking yang tinggi
  • Jalan-jalan dengan teman
  • Berselisih pendapat dengan orangtua
  • Solusi dari konflik dengan isue yang sama.

Pada saat konflik terjadi, kita harus mundur sampai emosi kuat mereda

Seiring waktu kita dapat berkomunikasi lebih rasional

Bersikap kreatif untuk menangani konflik dengan hal yang sama

Pemulihan konflik:

Ketika terjadi konflik, hati orang yang berkonflik akan luka. Kedua belah pihak merasakan pahit hatinya.Apabila itu terjadi perang dingin, berpikir bahwa itu akhir dari relasi.Yang penting perdamaian terjadi .Perasaan harus dibukakan dengan permintaan maaf terlebih dahulu, keangkuhan dihilangkan, dan menerima bahwatidak ada lagi kemarahan,kebencian,kekecewaan.

Untuk pemulihan konflik, berikut adalah hal yang perlu dipulihkan terlebih dahulu:


  • Menyimpan kepahitan dan kebencian , akan berakibat relasi tidak sehat di masa mendatang.
  • Menderita kelelahan emosional pribadi, bahkan depresi.
  • Memiliki pandangan hidup yang berpusatkan diri sendiri, kepentingan diri dalam pengambilan keputusan.
  • Mengkritisisatu sama lain secara tidak produktif.
  • Merosot dalam kejiwaan karena sini sinis terhadap hidup orang lain.

Pemulihan terdiri dari tiga tahap:


  • Pemulihan diri sendiri
  • Pemulihan hubungan
  • Pemulihan Keluarga

Pemulihan diri sendiri:

Proses memulihkan penghargaan diri, kehormatan orangtua dan anak. Meningkatkan pertumbuhan diri untuk memperdalam hubungan orangtua anak dan menangani masalah konflik mendatang secara efektif.

Pemulihan hubungan dapat terjadi saat ketika orangtua dan anak mulai proses memupuk keinganan akan hubungan yang terus sehat, memulihkan keinginanhubungan yang sehat, membangunan hubunganbaru dan menjadi individu yang produktif.

Pemulihan keluarga dengan membangun kembali kepercayaan keluarga dengan mengatasi kejatuhan, pertikaian , sinisme,membawa sukacita dalam keluarga.

Siapa yang dapat membantu memecahkan konflik?

Para profesional seperti psikolog, pendeta, ustaz

Bantuan pihak ketiga sangat penting karena mereka akan lebih objektif menilai dari dasar konflik dan menengahi serta bantu memulihkannya.

Pengungakapan yang sehat:

Tidak perlu bersikap pura-pura, menyembunyikan bahwa dalam keluarga sedang ada dalam konflik.Apabila ini terjadi maka sumber konflik itu akan meletus bagaikan bom besar dan akan menerjang seluruh sendi-sendi keluarga.

Lebih baik sedini mungkin diungkapkan dengan cara menangani konflik dengan efektif.

Manajemen pemulihan konflik secara efektif:

Faktor 1: Nilai yang bertentangan dan bertolak belakang:

Orangmuda lebih menyukai dan menghargainilai kebebasan, persahabatan, kesenangan.

Orangtua lebih menghargai ,kerja keras, kejujuran, kehormatan.

Apabila nilai-nilai itu tak dihormati atau dipahami satu sama lain, terjadi gesekan satu sama lain terus menerus, akibatanya masing-masing pihak menjadi “duri” dalam daging pihak lain.

Faktor 2: Kebiasaan yang mengganggu dan menjengkelkan

Disebut juga fenomena “”kamar berantakan”.

Anak suka membuang bajunya sembarangan, sementara orangtua senang merapikan baju. Terjadilah adu argumentasi yang membawa masing-masing kepada keteguhannya.Bersikaplah untuk tidak saling berteguh, tetapi saling memberikan jalan keluarnya.

Faktor 3: Harapan yang tesembunyi tidak realistis

Ketika anak menghadapi tekanan dari orangtua yang mengharapkan yang tidak realistis.

Harapanorangtua:


  • Ranking tinggi
  • Bertanggung jawab dengan budget
  • Bagaimana mengatur waktu main dan belajar
  • Berpakaian sopan
  • Masuk sekolah top

Harapan anak:


  • Orangtua mengerti bahwa anak suka didengarkan pada saat berbicara
  • Memberikan izin untuk pergi bersama teman-teman kapan pun
  • Memperbolehkan untuk bermain game
  • Mengaturwaktu , nonton tv
  • Membiarkan berpakaian, rambut, gaya yang sedang tren

Faktor 4: Pola komunikasi tidak efektif dan negatif

Masalah utama dalam komunikasi tidak efektif dan negatif adalah orang banyak bicara sedikit berpikir. Mereka bertindak secara impulsif tanpa berpikir. Saya selalu coba untuk berpikir sebelum bicara.

Faktor 5:Kepentingan berbeda dan berkonflik:

Perbedaan yang jujur seringkali tanda yang sehat dari kemajuan.Anak suka clubbing, sedangkan orangtua takut anak kecanduan pesta dan pengaruh godaan seksual di tempat tersebut.Hanya dengan memeriksa diri secara jujur, ktia dapat mengakudan mengoreksi diri menjadi lebih berpusat kepada orang lain.

Faktor 6: Bias dan berprasangka negatif

Berprasangka adalah gembok-gembok atas pintu kebijaksanaan.


  • Bias tribusi mendasar
  • Bias konsesus salah
  • Bias kesan negatif

Faktor 7: Imajinasitidak kompeten dan buruk dalam pikiranpara orangtua

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun