[caption caption="Proyek Litbang Siap Pakai Sumber foto: www.kompasiana.co"][/caption]
Ingatan kita kembali pada beberapa bulan yang lalu dimana di media cetak memberitakan bahwa supir truk sampah Jakarta takut melewati Cilengsi. Para supir ini terpaksa harus mengatur strategi baru untuk mengangkut sampah dari Jakarta malam hari supaya mereka aman untuk melewati jalan tanpa diganggu oleh rakyat yang marah.
Persoalan ini sebagai gunung es dari masalah “Sampah” yang tak ada habis-habisnya di Indonesia khususnya Jakarta. Sampah yang menumpuk yang berbau dan harus dibuang di TPA atau Tempat Pembuangan Sampah. Hal ini menjadi satu –satunya cara bagi pemerintah untuk mengatasi sampah.
Bahkan di Bandung ada tempat-tempat yang tertentu yang dipenuhi sampah sehingga orang yang lewat pun tak mampu menghirup udara busuk sampah, dan sampah itu dibiarkan begitu saja tanpa mencoba mencari solusinya.
Salah satu solusi adalah yang telah dibuat oleh BaLitbang PPUR adalah Komposter. Komposter adalah alat pengolahan sampah organik rumah tangga melalui pengomposan dengan memanfaatkan tong. Tong besar bisa terbuat dari kaleng yang besar dan panjang, tinggi, dibuat lubang-lubang. Lebih baik tong itu terbuat dari fiber setinggi 1 meter, dengan lubang 100 lubang . Ditengah tong dimasukkan tong untuk tempat kompos. Pertama kali, kompos dibuat dari sisa-sisa makanan , disemprotkan sedikit larutan bakteri untuk anti pembusukan. Jika kompos yang dibuat itu tidak bau dan tidak mengeluarkan belatung, maka kompos itu dianggap berhasil. Tanaman-tanaman sayuran kita tanamkan diantara lubang-lubang fiber itu. Setelah beberapa lama sayuran itu akan tumbuh dan muncul diantara lubang-lubang. Ternyata hasil sampah organik yang dikelola dengan baik dapat menghasilkan kompos dan sayur-sayuran yang sehat.
Keberhasilan dari inovasi komposter ini telah dipraktekan oleh seorang bapak bernama Muhamad Solikin , warga Bogor Doyong, Gresik di Jawa Timur. Menggerakan komunitas ibu-ibu untuk komposter Mandiri dari sisa-sisa makanan dan sampah basah menghasilkan pupuk atau kompos. Di samping itu mereka dengan giat memasukkan tanaman sayuran seperti kangkung, sayuran ubi, sawi, bayam, cabe di lubang-lubang fiber. Dalam jangka waktu seminggu sayuran itu sudah dapat dipanen dengan memotong batangnya. Akarnya dibuang dan dimasukkan ke dalam sampah kompos. Hebat sekali bukan menanam sampah, memanen sayuran organik yang dapat bermanfaat untuk dimakan. Apabila tanaman sayuran itu telah dua atau tiga kali berhasil dipetik atau dipanen, maka yang untuk yang selanjutnay dijadikan kompos.
Tidak hanya warga Bogor Doyong, kami di Bintaro juga di RW 006, telah mengelola sampah menjadi organik dan non-organik, untuk sampah organik dikelola secara bersama tong plastik atau fiber untuk pembuatan kompos. Sementara sampah non organik akan dikumpulkan setiap senin dan dibuat daur ulang yang bermanfaat untuk digunakan lagi.
[caption caption="Komposter Sumber foto : www.flicker.com"]
Inovasi komposter yang dicetukan oleh Balitbang PUPR (Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat) telah dibuktikan oleh masyarakat dengan mengelola sampah yang baik akan menjadi berkah dan manfaat bagi kita semua.
Solusi dan Inovasi yang dilakukan Balitbang PUPR bukan hanya komposter saja, tetapi banyak inovasi lain yang juga sangat berguna dan bermanfaat antara lain , tungku sanira, flood early warning system, bendung knock down, sumur resapan, Ruang Henti Khusus (RHK), jembatan pelat Orthotropik, sindila.
Beberapa inovasi yang telah dipromosikan dan diperkenalkan kepada masyarakat baik itu dalam pameran yang diselenggarakan oleh PUPR.
Produk-produk unggulan yang telah dicapai oleh BaLitbang PPUR adalah :