Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Gendam di Pasar Tradisional, Kejahatan Modus Operandi

10 Februari 2015   19:55 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:29 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegiatan rutin saya tiap pagi adalah senam tera di suatu lapangan terbuka. Jarak antara rumah dengan lapangan tidak begitu jauh, kira-kira 100 meter.

Sepulangnya dari senam, saya harus berbelanja di pasar tradisonal yang juga terletak tak jauh dari lapangan dan rumah saya.

Seminggu yang lalu, ketika saya baru memasuki dan melangkah ke  dalam pasar, seseorang perempuan setengah baya, berwajah Cina dan berbahasa Cina yang sangat fasih dan lancar sekali.  Langkah saya dihentikannya.  Dia berbicara sangat fasih dan saya tak mengerti dan tak paham apa maksudnya.  Segera saya menghindarinya dengan menggelengkan kepala saya tanda bahwa saya tak paham dengan maksudnya.

Saya memutar dari satu pedagang sayur ke pedagang daging, balik lagi ke pedagang sayur. Ketika saya di pedagang sayur, orang yang sama itu ternyata menghadang saya kembali.  Berbicara dengan fasih dalam bahasa mandarin yang tak saya ketahui apa maksudnya.  Tiba-tiba, seorang ibu muda di samping saya, mengatakan bahwa orang itu perlu bantuan .  Ibu muda itu mengatakan kepada saya:  "Saya tahu maksudnya tetapi saya tak bisa menjawabnya.  Dia perlu dibantu mencari seseorang. Jika ibu bersedia, tolong bantu dia."     Hatinya saya berdegup keras, saya menyadari bahwa saya berada dalam suatu komplotan mafia gendam yang ingin memperdaya saya.  Pikiran saya masih segar bahwa saya seharusnya tak melayani permintaan ini.  Saya segera mengatakan kepada ibu muda itu bahwa saya banyak hal lain yang harus dikerjakan.  Segera saya berlari ke luar dari pasar itu.

Sesampainya di rumah, saya bercerita kepada suami.  Suami mengatakan kepada saya, beruntung bahwa saya tak meladeninya.    Ternyata beberapa ibu tetangga saya telah menjadi korban dari gendam itu. Ketika dia mau meladeninya, maka korban akan dibawa masuk ke dalam mobil. Lalu secara tidak ada paksaan, diputar-putar, sampai ibu itu tidak sadar untuk diminta kartu ATM.  Begitu kartu ATM ada di tangan, mereka segera minta pin dari ATM.   Mereka bekerja sangat cepat dan profesional.  Begitu pin didapatkan, mereka segera mendatangi ketempat ATM, lalu mengurasnya.

Korban akan ditinggalkan di suatu tempat.  Barulah setelah kesadaran korban kembali.  Ibu-ibu itu menyesal dan menangis karena uangnya di ATM telah dikuras.

Di depan pasar tradisional itu ada pos polisi .  Tetapi saya sendiri tak yakin untuk  melapor kepada polisi .Tak ada bukti yang dapat diberikan bahwa kita korban . Hipnotis atau gendam dibuat seolah-olah  orang itu tidak  memaksa dalam melakukan suatu kejahatan.  Korban dengan diluar kesadarannya mau ikut apa yang diperintahkan oleh para mafia gendam itu.

Sungguh disarankan, jika menemui mafia gendam, maka lebih baik segera ke luar dari jeratan mafia itu supaya tidak ada tepukan atau sorotan mata yang membuat kita menurut keinginan mereka.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun