Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Anak Memilih Curhat Kepada Ayahnya

19 Januari 2016   21:02 Diperbarui: 19 Januari 2016   21:23 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="belitung.tribunnews.com"][/caption]

Selayaknya seorang anak perempuan atau lelaki biasanya lebih sering curhat kepada ibunya.  Mengapa?  Ibu yang berperan sebagai orang yang terdekat dengan anak, secara psikologis seharusnya lebih dekat dengan anak-anaknya.  Seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anaknya, secara naluriah akan jauh lebih mengetahui secara detail aspek psikologis dari anaknya ketimbang ayah yang secara psikologis tidak sempat memperhatikan hal-hal yang detail.

Tulisan ini bukan untuk membedakan peran ayah dan ibu dalam soal kedekatan antara anak dengan ayah atau ibunya. Namun, ingin sharing bagaimana anak perempuan saya yang tunggal itu jauh lebih dekat dengan ayahnya ketimbang dengan saya sebagai ibunya.

Jika diawal tulisan saya merasa bahwa seharusnya anak itu lebih dekat dengan ibunya, bukan ayahnya, tapi ini terjadi kebalikannya. Anak saya itu lebih dekat sekali dengan ayahnya.  Segala keluh kesah tentang sekolah, kesulitan dalam soal teknis komputer, bahkan hal-hal yang bersifat perasaan seperti dia kecewa dengan beberapa temannya karena sebagai tim dalam dalam tugas sekolah, tidak mengerjakan, terpaksa dia sendiri yang harus mengerjakan agar tugas dapat selesai.

Sebaliknya dia tak pernah mencoba curhat kepada saya, kecuali soal uang sekolah.  Jika saya mencoba menggali soal kesulitannya atau kenapa dia kelihatan sedih, marah ketika saya sedang berdiskusi dengannya.  Jawaban yang saya terima sangat singkat:  "Tidak ada apa-apa".    Kelihatannya anak ini tutup mulut atau tidak terbuka dengan saya.  Padahal saya coba memahami dirinya sebagai orang yang perlu perhatian untuk didengarkan.

Setelah saya mengamati dan saya pernah mendapat input dari seorang psikolog tentang siapa diri saya sebagai seorang ibu,  saya mencoba membuat  analisa singkat (tanpa teori psikologis) sebagai berikut ini:

  1. Kedekatan anak terhadap ayah bukan kepada ibu itu bukan karena faktor biologis karena ibunya yang melahirkan .
  2. Kedekatan anak terhadap ayah itu karena anak telah memahami bahwa ayah itu memiliki rasio yang lebih luas dibandingkan seorang ibu.
  3. Kedekatan anak terhadap ayah karena anak merasa lebih "secure" jika dia curhat dengan ayahnya dimana ayah dapat    menyimpan rahasia dari apa yang dicurhatkan.
  4. Kedekatan anak terhadap ayah karena anak merasa bahwa ibu sering bersikap emosional dalam menghadapi curhat    anak.  Ini sangat tidak diharapkan oleh anak yang memiliki sifat atau karakter yang sama dengan ibunya.  Contoh kongkrit:  Jika saya memiliki sifat kekhawatiran yang berlebihan, ini tidak diharapkan oleh anak karena sebenarnya anak sedang khawatir dengan suasana hatinya yang dicurhatkan, dia ingin penguatan dari orang yang    tidak khawatir dengan apa yang sedang dihadapinya.
  5. Kedekatan anak terhadap ayah karena anak merasa ayah lebih "strong" menghadapi masalah yang besar ketimbang    ibunya.

 

Kesimpulannya kita sebagai orangtua tak perlu khawatir kepada siapa anak akan curhat, entah itu kepada ayah atau ibu. Secara fundamental, anak tetap dekat kepada orangtua baik itu ayah atau ibunya. Tak penting membedakan fungsi atau peran ayah atau ibu sebagai advisor, tetapi sebaliknya,   anak itu yang menentukan kepada orangtua (ayah atau ibu) dia merasa "nyaman" untuk curhat  .

Semoga pengalaman ini bermanfaat bagi para orangtua atau calon orangtua.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun