Hari Anak Nasional seharusnya jadi momen kegembiraan bagi setiap anak di Indonesia. Namun, di balik senyum mereka, tersimpan potret buram yang memilukan . Kekerasan fisik dan seksual masih menghantui banyak anak, terutama mereka yang hidup di jalanan.
Kekekrasan pada anak dilakukan oleh orang terdekat mereka. Hal ini sungguh memprihatinkan. Keluarga yang seharusnya jadi tempat yang nyaman dan tempat berlindung bagi anak, justru jadi tempat pelampisan pemuasan kekerasan kepada anak . Orangtua yang ekonominya lemah, mental tak kuat, menjadikan anak sebagai korban kekerasan. Â
Kemiskinan dari keluarga yang tak mampu untuk menyekolahkan anak, membiarkan anak-anak mencari pekerjaan di tempat yang rawan kejahatan seperti di jalan-jalan, bus . Â Mereka dibiarkan berkeliaran mengamen, mengenakan pakaian badut sambil minta uang . Â Tidak adanya pendidikan yang memadai, membuat mereka tidak bisa merebut pekerjaan yang membutuhkan skill dan keterampilan yang memadai. Â Juga bagi mereka yang hanya jebolan SD atau SMP, mereka tak punya pilihan untuk akses pekerjaan yang lebih baik.
 Anak-anak ini terjebak dalam lingkaran setan kemiskinan yang sulit dipatahkan.
Data dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) di tahun 2021 jumlah kekerasan anak sejumlah 14.517 kasus, Â di tahun 2022 meningkat menjadi 21.241 Â dan di tahun 2023 meningkat lebih tinggi 24.148 kasus.
Kekerasan fisk dan Seksual
Anak-anak rentan menjadi korban kekerasan fisik dan seksual. Kasus ini seringkali terjadi di rumah mereka sendiri atau di lingkungan sekitar. Dampaknya tidak hanya terbatas pada luka fisik, tetapi menghancurkan kepercayaan diri, Â masa depan mereka.
Anak Jalanan
Anak-anak jalanan merupakan Gambaran paling nyata dari kehidupan yang keras. MEreka berjuang  untuk bertahan hidup tanpa perlindungan yang memadai . Jalanan tidak hanya menjadi tempat tinggal, tetapi juga sarana untuk bertahan hidup dengan cara yang kadang tidak manusiawi.
Lingkaran Setan  Kemiskinan
Kemiskinan menjadi akar masalah utama. Anak-anak dari keluarga miskin seringkali terpaksa meninggalkan sekolah untuk mencari penghasilan demi kellangsungan hidup keluarga. Ini memperburuk kemiskinan mereka di masa depan karena minimnya pendidikan yang mereka  dapatkan.
Memberikan pendidikan untuk Anak-Anak Kaum Marjinal
Pendidikan jadi kunci untuk memecahkan lingkaran setan kemiskinan. Â Melalui pendidikan anak-adapat memperoleh pengetahuan dan keterampilan untuk membangun masa depan yang lebih baik. Penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk Bersatu dalam memberikan akses pendidikan yang layak bagi semua anak termasuk mereka yang berada dalam kondisi marjinal.
Kesimpulan
Hari Anak Nasional menjadi panggilan untuk bertindak. Kita tidak boleh lagi menutup mata terhadap potret buram di balik senyum anak-anak. Melalui langkah-langkah nyata seperti perlindungan dari kekerasan, perhatian khusus bagi anak jalanan, dan akses pendidikan yang merata, kita dapat memberikan harapan bagi mereka yang hidup dalam bayang-bayang kemiskinan dan kekerasan.