Dirjen Imigrasi Indonesia mengungkapkan fakta bahwa ada 3.192 WNI pindah kewarganegaraan Singapore dalam jangka waktu 2019-2022.
Sebenarnya fakta bahwa anak-anak pintar dan genius  yang direkrut oleh Kementrian Pendidikan Singapoure sudah terjadi hampir 15 tahun lalu, bukan akhir-akhir ini saja.
Ketika anak saya duduk di Sekolah Menengah Pertama, tawaran beasiswa dari Kementrian Pendidikan Singapore melalui sekolah swasta (tempat anak saya belajar) telah diajukan.
Sekolah anak saya segera merespon dengan baik. Â Sekolah menawarkan beasiswa 3 anak genius yang duduk di kelas II SMP , apabila mereka tertarik untuk menerima beasiswa itu.
Penawaran beasiswa itu tidak mudah karena dari Kementrian Pendidikan Singapore akan menguji lagi beberapa subjek , bahasa Inggris dan interview  kepada calon penerima beasiswa.
Sahabat anak saya  akhirnya menerima beasiswa  itu karena dia seorang anak yang genius dan unggul dalam mathematika  di ranking pertama  kelas II SMP.
Sebutlah namanya Anne (bukan nama sebenarnya), akhirnya  mendapatkan allowance berupa hostel, uang sakut, biaya penerbangan dan biaya sekolah , biaya ujian GCE O-Level dan A-Level, juga asuransi kecelakaaan dan biaya Kesehatan.
Dalam kontrak bukan hanya hak yang dapat diterima oleh calon siswa, tapi juga kewajiban dari siswa yang sangat berat sekali. Â Nilai pencapaian yang sangat tinggi di tiap subjek harus dipertahankan. Jika nilai melorot, ada dua pilihan, mereka bisa bayar sendiri untuk meneruskan atau ke luar (kembali ke Indonesia).
Brain Drain
Brain drain  adalah kehilangan orang-orang yang bertalenta tinggi dan berkemampuan jenius  bagi Indonesia seharusnya diantisipasi sejak dini karena Singapore sebagai negara kecil mampu memberikan fasilitas, paket menarik bagi pendidikan jenjang SMP,SMU hingga universitas justru kepada warga Indonesia.
Contoh di atas, Anne berhasil mempertahankan nilainya sampai SMA sehingga dia selalu mendapat beasiswa tanpa bayar sepeser pun dari orangtuanya dan keluarga yang  mampu ekonominya.