Begitu membaca angka yang mengejutkan, saya tergetar untuk menuliskan topik ini. Meskipun saya bukan ahli Kesehatan, tetapi saya harapkan tulisan ini menggugah kita semua terutama para ibu rumah tangga agar kesadaran betapa risiko HIV dan Sifilis terhadap anak yang akan dilahirkan.
Sejak tahun 2016 hingga tahun 2022, kasus sifilis telah meningkat 70 persen, awalnya angkanya 12 ribu kasus menjadi 21 ribu. Ditemukan dari 1,2 juta ibu hamil, 5.590 ibu hamil dengan positif sifilis.
Dari kelompok penderita penderita HIV, kelompok ibu rumah tangga yang tertinggi terinfeksi HIV mencapai 35%. Angka ini merupakan angka tertinggi dibandingkan dengan kelompok HIV lainnya misalnya suami pekerja seks dan kelompok MSM (man sex with man).
Data-data dari Kemenskes tentang capaian test dan penanganan HIV dan sifilis pada ibu hamil yang belum optimal:
- Hanya 55% ibu hamil test HIV
- Angka positif ibu hamil HIV 0,3%
- Baru 24% ibu hamil HIV mendapat pengobatan ARV
Menyedihkan sekali ibu yang kena sifilis itu tidak berboat karena adanya stigma malu .
Apa beda sifilis dan HIV?
Sifilis atau sering disebut dengan raja singa adalah infeksi yang disebabkan oleh bakteri bernama Treponema pallidum.
HIV /AIDS adalah infeksi virus menyerang kekebalan penderitanya sehingga menimbulkan sekulumplan gejala yang disebut dengan tanda AIDS.
Keduanya mempunyai kesamaan yaitu cara penularan yang sama yaitu melalui darah dan cairan tubuh misalnya cairan penis atau cairan vagina.

Proses penularannya adalah sebagai berikut;
- Hubungan seks tanpa kondon dengan penderita (baik secara oral , anal atau vaginal).
- Berbagai alat suntik dengan orang yang mengidap HIV dan /atau sifilis melalui transfuse darah .
- Ibu hamil positif HIV dan atau sifilis ke bayinya, saat kehamilan atau persalinan dan /atau saat menyusi.
Mengapa HIV dan Sifilis makin meningkat?
Penyebab salah satunya adalah perilaku seks bebas. Selain itu masyarakat masih rendahnya pengetahuan tentang perilaku seksual berisiko, pencegahan kehamilan tidak diinginkan dan penyakit menular seksula.