Dulu ketika saya masih muda sering sekali melihat suatu papan nama "Tukang Gigi".  Saya pikir apa pekerjaan tukang gigi?  Hampir semua orang punya gigi yang sempurna.  Apabila  ada gigi yang tanggal pun pasti orang datang ke dokter gigi bukan?
Ternyata apa yang  saya pikirkan itu bukan seperti yang saya alami beberapa minggu yang lalu.  Beberapa tahun yang lalu , saya telah kehilangan beberapa gigi karena satu persatu gigi mulai tanggal.  Maklum, makin tua, gigi keropos dan satu persatu tak bisa dipertahankan , mulai dengan gigi yang tambalannya sudah dari atas, sisi kanan dan kiri, akhirnya tinggal setengahnya.Â
Itulah sebabnya, dokter gigi menyarankan saya untuk buat gigi palsu supaya gigi yang masih ada  tidak goyang karena kekosongan dari gigi yang sudah tidak ada.
Saat itu, saya membuat gigi palsu melalui dokter gigi. Â Dokter gigi mencetak posisi gigi bagian atas dan bagian bawah. Â Hasil cetakan itu akan dibawa dan dipesankan ke tukang ahl igigi.Â
Barulah saya sadar, bahwa harga membuat gigi palsu di dokter gigi itu ternyata dua kali lipat dibandingkan dengan  Tukang Gigi.  Namun, saya tak ada pilihan karena saya tak punya tukang gigi yang "recommended" yang benar-benar ahli dalam pembuatan gigi palsu.
Saya tak mau mengulang kerugian suami  juga mencetak gigi palsu di dokter gigi tapi ternyata apa yagn dicetak seminggu yang lalu setelah diserahkan kepada tukang gigi, hasilnya kurang memuaskan.  Menurut analisa dokter gigi,   gigi-gigi yang baru saja dicabut seharusnya tidak boleh langsugn dibuatkan patron untuk gigi palsu.  Diharapkan untuk menunggu 10 hari sampai geraham itu tidak ada Gerakan atau perubahan dari kedudukan geraham.
Nach, suatu ketika saya pindah berobat dari dokter gigi yang lama ke dokter gigi baru. Â Dokter gigi baru ini ternyata tidak komersial. Â Saat saya mengatakan ingin membuat gigi palsu untuk beberapa gigi yang tanggal, dia langsung memberikan rekomendasi ahl igigi yang bagus dan jadi langgananya.
Ketika saya bertemu dengan tukang gigi itu, saya langsung punya "chemistry" kelihatannya trampil.  Dari pembicaraan dengan tukang gigi yang masih muda itu , pengalaman turun temurn dari kakek kepada ayah dan akhirnya kepada tukang gigi itu.  Dia tak pernah sekolah perguruan tinggi tentang gigi.  Jadi semua keterampilan membuat gigi palsu itu benar-benar dari keterampilan keluarga yang diturunkan atau disebut dengan otodidak.  "Wah hebat sekali!" seru saya.
Bayangkan biaya gigi palsu itu tak murah. Â Untuk satu gigi dibanderol sekitar Rp.1 juta, jika gigi saya ada 6 yang tanggal dan perlu 6 gigi palsu berapa biayanya? Â
Cara membuat gigi palsu itu kelihatan mudah tapi ngga semudah yang saya pikirkan.  Langsung dicetak  dengan bahan seperti semen putih dan setelah mengeras barulah dicetakn di bahan gigi palsu. Â