Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Life Hack Pilihan

Konflik Rusia-Ukraina Menimbulkan Luka Mendalam

28 Februari 2022   17:32 Diperbarui: 28 Februari 2022   18:07 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sulit bagi saya menulis tentang perang atau konflik. Dari hati yang terdalam, saya tak pernah menyukai perang senjata.  Perang  hanya menghasilkan duka bagi korban orang sipil yang tak berdosa.

Kengerian, ketakutan, kesedihan dialami oleh warga sipil yang tak paham mengapa negaranya harus berperang. Korban bergelimpangan baik yang meninggal maupun sakit karena terkena serangan senjata.  352 warga sipil tewas, bayangin mereka itu korban perang yang sia-sia.   Perang selalu dilandasi oleh ego yang muncul untuk mendapatkan apa yang dianggapnya benar tanpa mengindahkan dampak berat bagi warga sipil.

Konflik terjadi karena adanya ketidak sepakatan apa yang sudah dijanjikan atau pelanggaran oleh salah satu pihak.  Entah siapa yang harus dipersalahkan dalam Konflik Rusia Ukraina.

Ukraina sedikit membelot dengan menginginkan jadi bagian NATO , entah keinginan apa dibalik keinginan untuk jadi anggota NATO.   Ketika NATO sudah mulai menempatkan tentara di garis depan di bagian Rusia,  Rusia pun mulai tidak menyukai apa yang dianggapnya melanggar kedaulatannya.  Kesabaran Rusia habis saat dia mendeklarasikan dua negara yang merdeka dan tidak diterima oleh NATO.

Walaupun secara historis Ukraina pernah menjadi bagian dari Rusia, dan setelah mendapatkan kemerdekaannya penduduk Ukraina masih punya kaitan baik secara ekonomi maupun agama.  Warga Ukraina tetap bekerja di Rusia , sementara agama yang Sebagian dipeluk adalah Kriten Orthodox.    Adanya keinginan Rusia agar dominasi agama yang dipeluk warga Ukraina itu menyatu tidak boleh dipecah-pecah seperti yang diinginkan oleh Rusia.

Wajah-wajah Keluarga saat perang

Barangkali kita semua  telah melihat video yang sangat viral  dan dramatis di seantero dunia.  Seorang bapak muda warga Ukraina yang melepaskan anaknya dengan istrinya untuk evakuasi di tempat perlindungan.

Pelukan sang ayah yang sangat erat seakan tidak ingin melepaskan anak perempuannya yang berusia lima tahunan.  Anak perempuannya pun menangis keras dalam pelukan ayahnya. Seolah dia tak mau berpisah dengan ayahnya.  SEolah perpisahan itu menjadi suatu perpisahan selamanya , mereka tidak mungkin Bersatu lagi dalam keluarga.  

 Begitu juga istri sangat gelisah melihat kesedihan dan kepiluan hati ayah dan anak yang tak mau berpisah, apakah perpisahan itu seolah pertanda untuk selama-lamanya.    Suami istri itu berpelukan erat kelu hatinya dan tangisan itu seolah tak bisa terbendung.

Ketika bus yang membawa ibu dan anak bersama pengungsi lainnya mulai bergerak, sang ayah tetap mengetuk-etuk jendela bus tempat dimana sang anak berada.  Perang memisahkan ayah dengan anak dan istrinya karena setiap lelaki warga Ukraina dilarang untuk mengungsi dan selalu "stand-by" untuk menjaga negaranya.

Dalam aksi global di Georgia, ada 30.000 warga termasuk warga keturunan Ukraina yang berkumpul menyerukan untuk mengakhir invasi Rusia ke Ukraina.  Para demonstrator atau protestor itu meneriakkan  seruan agar  Putin menghentikan perang., "Rusia Go Home"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Life Hack Selengkapnya
Lihat Life Hack Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun