Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Menggemakan Wonderful Borobudur dengan Sound of Borobudur

11 Mei 2021   15:17 Diperbarui: 11 Mei 2021   15:36 1854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diolah dari borobudurnews.com

Kunjungan saya ke Borobudur dua kali itu memang tak punya misi apa pun. Kunjungan yang pertama adalah dalam rangka  ikut rombongan sekolah ketika saya masih duduk di bangku SMA. Tujuan utamanya untuk memperkenalkan Borobudur sebagai salah satu keajaiban dunia atau sering disebut dengan Wonderful Indonesia saja.

Ketika sampai di Borobudur, kami memang tidak menggunakan pemandu untuk mengetahui sejarah pembangunannya . Bahkan, kami tidak mengetahui arti atau makna stupa dan relief yang dibuat sangat spektakuler , tanpa semen .

Kunjungan kedua ke Borobudur adalah dalam rangka outing Kantor kami sebelum mengadakan Night Show dengan background Borobudur.    Sore hari kami hanya melihat dari kejauhan kemegahannya tanpa   bisa mengexplorasi  sejarah Reflief Borobudur.

Namun di malam hari itu kami mengadakan "Night Show" dengan latar belakang kemegahan Borobudur sebagai Wonderful Indonesia.  Betul-bentul menggagumkan bahwa musik dengan latar belakang Borobudur itu menjadi perpaduan yang sangat harmoni,  budaya bangunan dan budaya musik.

Ternyata pagelaran musik yang pernah saya tonton  itu berbeda dengan apa yang saat ini dikembangkan.   Musik yang dipangelarkan saat kantor saya mengadakan itu hanya sekedar musik jazz, rock yang tidak ada kaitannya dengan  Sound of Borobudur.  Hanya suatu pagelaran music dengan latar belakang kemegahan Borobudur saja dengan kemegahan lighting yang memukau.

Sayang sekali bahwa kunjungan pertama dan kedua  itu bagaikan suatu wisata sejarah dan wisata budaya yang tak punya makna sama sekali. Padahal banyak hal yang bisa digali di sana, mulai dari sejarah pembangunan sampai relief.

Relief alat musik di Candi Borobudur yang  berjumlah 200 relief itu berada di 40 panel dan menampilkan 60 jenis alat musik dari berbagai daerah Nusantara dan banyak negara di dunia. 

Loh kok bigsa begitu hebat yach, padahal saat pembangunan Borobudur itu 13 abad yang lalu.  Ini membuktikan bahwa Borobudur  pusat musik dunia  sangat menakjubkan dan spektakuler.

Sejarah Sound of Borobudur

Dalam dunia arkeologi , Universitas Gajah Mada itu mengingatkan saya Kembali kepada pembelajaran itu dapat dilakukan dimana pun dan kapan pun.

Pembelajaran budaya merupakan sumber pembelajaran yang  menarik tapi juga mengenal lebih dalam peninggalan warisan budaya.   Objek yang dipelajari adalah relief yang berada di Candi Borobudur.

Inilah saatnya saya belajar tentang Borobudur dan Sound of Borobudur.

Borobudur dibangun oleh dinasti Sailendra sebagai monumen Buddha terbesar di dunia pada abad 780 hingga 840. Sebagai dinasti yang memerintah, mereka ingin  menyembah Budda .  Mereka mempersembahkan monumen itu . Monumen itu ditemukan oleh Inggris oleh Sir Thomas Stanford Raffles di tahun 1814.

Borobudr dibangun dengan bentuk Mandala yang menunjukkan simbol dari alam semesta dalam pengajaran agama Budda.  Bangunan bentuknya empat persegi dengan 4 pintu masuk dan tempat yang bulat ditengahnya, artinya pusat kesadaran diri untuk mencapai Nirwana.

Ada 4 zona yang disebut dengan Kamadhatu, Rapudhatu, Arupadhatu, dan  relief-relief yang terdiri dari 504 patung Buddha dalam posisi yang berbeda.

Zone pertama : Kamadhatu

Fenomena dunia yang dihuni oleh manusia diceriterakan di dalam 160 relief.  Ke-160 relief itu menggambarkan kehidupan Karmawibhangga, pembunuhan, perampokan dan lain-lainnya.

Zone kedua;  Rapudhatu

Tempat transisi dari seorang manusia yang telah melepaskan keduniawiannya.  Terlihat galerii Rapadhatu  yang memiliki 328 Budda dan reliefnya.

Zone ketiga: Arupadhatu

Tempat tertinggi bagi para dewa-dewa.

Ternyata , pada saat  kongges ke-6 Oostersch Society pada tahun 1929, Sylvain Levi menemukan   relief tersembunyi di kaki Borobudur . Teks asinya  bernama  Mahakarmawibhangga.  

Pemotretan dari Karmawibhangga ini dilakukan seorang bernama Kassian Cephas . Fotographer professional ini telah mendokumentasikan 300 foto panel relief.   Beliau hanya menyelesaikan 160 foto panel rielf dan 4 tenttang gambaran umum situs.

Misteri dari Karmawibhangga menjadi jelas .  Selain menceriterakan tentang perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan dan sebaliknya perbuatan jahat akan mendapat konsekuensi yang jahat. Ternyata, dalam relief ini terlihat gambaran kehidupan masyarakat Jawa kuno , baik dalam aktivitas kesenian, musik, dan tari.

Sound of Borobudur. Sumber: Eko Susanto/detik.com
Sound of Borobudur. Sumber: Eko Susanto/detik.com
Borobudur yang kita kenal sebagai Wonderful  Indonesia tapi juga sebagai pusat musik dunia sejak abad 8 masehi lalu.   Borobudur telah  menjadi panggung orchestra musikyang sangat abadi yang pernah ada di Borobudur.  Lebih dikenal lagi sebagai sejarah klasik Hindur-Budha.

Cita rasa seni budaya Nusantara yang merupakan seni dan budaya adiluhung itu telah membumi dan mozaik, kaya raya penuh warna dari awal perjalanan hingga mencapai dunia .

Kreasi musik inilah yang dimeteraikan atau diterakan di relief Borobudur sebagai monumen abadi untuk mengumandangkan kepada dunia dan waktu yang terus bergulir.  Pernyataan bahwa peradaban Nusantara , peradaban Indonesia adalah peradaban musik dunia.

Dikenal sebagai Relief Karmawibhangga Borobudur,  menggambarkan bahwa kehidupan bermusik dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia pada masa Jawa kuno, termasuk kesenian baik kesenian music maupun tari.

Ada 10 panel Relief Karmawibhangga yang memperlihatkan penggunaan 4 jenis alat musik.  Ke 4 alat music itu adalah jenis idiophone (kentongan dan kerincingan), membraphone(gendang ,kentingan), chardophone (alat music dawai/senar petik dan gesek) dan alat music aerophone (alat music tiup).

Alat musik dawai, alat musik tiup pada zaman itu telah kita temukan pada hari ini di Kalimantan dan dimainkan oleh Suku Dayak.  Cukup mengherankan bukan?

Warisan leluhur agung , budaya tertinggi yang sangat membanggakan itu perlu dikenal dan dikembangkan agar tidak punah .

Mengenangnya tentu dengan cara menggali lagi mengacu kepada apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang kita misalnya peralatan musik yang digunakan itu perlu dibuat replikanya.

Seorang arkelolog musik , almarhum PEJ Ferdinandos telah membuat disertasinya tentang "Alat-alat Musik di Jawa Kuno yang ada kaitannya dengan bentuk, dan fungsi Ansambel di Borobudur.

Beliau juga memberikan pemahaman kepada masyarat bahwa bentuk musik Jawa Kuno merupakan alat ritmis, golongan ghana vadya (ideofon), avanddha vadya (membranofon), alat music bersifat melodis dan golongan sama ideofon, kardofon dan aerofon.

Menggelar Kembali Kemegahan Musik Jawa Kuno

Ganjar Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah ingin mengejar kembali panggung musik dunia yang pernah hidup di Borobudur .  "Mimpi agar bunyi-bunyian itu tidak sekedar replica , tapi bunyi itu adalah karya seni yang sangat luar biasa".   Borobudur bukan sekedar wonderful of Indonesia tapi juga pusat seni atau pusat seni dunia tempat peralatan musik instrument dunia berada di Borobudur.

Usaha untuk menghidupkan Kembali Borobudur  sebagai pusat  pentas musik dunia melalui Sound of Borobudur dilakukan dalam dua proses.  Proses pertama adalah memproduksi dan proses kedua adalah memainkan dalam workshop.

Kiri: Dawai oleh Arief, kanan : Relief. Sumber: Bachtiar Djanan/Japung Nusantara
Kiri: Dawai oleh Arief, kanan : Relief. Sumber: Bachtiar Djanan/Japung Nusantara
Proses pertama seperti Dawai  dalam relief Karmawibhangga itu telah dibuat Kembali oleh Ali Gardy, seorang seniman muda lulusan Universitas Abdul Rahman Saleh Situbondo, pembuat dan pemain alat tradisonal seperti sapek dan panting , instrumen dawai Kalimantan.

 Dia membeli kayu dari Perhutani. Dia membuat prototype dalam bentuk karton duplex.  Dengan bantuan cermin, dia membandingkan antara gambar foto relief dengan ukuran yang dibuatnya. Ketika bentuk dasar telah selesai,  pembuatan instrument dengan mengukir , pemasangan resonansi  penutup bagian belakang instrumen, pemasangan dryer (pengaturan kekencangan dawia). Barulah finishing dengan penghalusan dan pengamplasan.

Sumber: Bachtiar Djanan M/Japung Nusantara
Sumber: Bachtiar Djanan M/Japung Nusantara
Proses kedua  (memainkan alat)  dikerjakan oleh  sekelompok musisi muda seperti Dewa Budjana, Trie Utami, Bintang Indrianto, bahkan Purwacaraka pun ikut berpartisipasi dalam tajuk Sound of Borobudur . 

Mereka menyeleraskan nada oleh maestro gitar nusantara , Dewa Budjaja , Redy Eko Prastyo, Ganzer Landa, Ferby , Gregorius Agro dan Trie Utama di The Riverside Jogya.

Permainan dilanjutkan dengan menampilkan di depan public untuk pertama kalinya di acara SOnjo Kampung di Omah Mbudur.

Puncaknya adalah Acara Pembukaan Borobudur Culturan Feast pada tanggal 17 Dsember 2016 di Lapangan Lumbini di area Candi Borobudur memperkenalkan Gasona, Gasola, Solawai, tiga instrumen. dawai yang bentuknya diambil dari relief.

Komposisi yang sangat kompak dari ansambeli dawai, memfokuskan petikan dawai. Petikan dawai itu menggugah kesadaran kita semua bahwa Borobudur  pusat musik dunia itu sudah Kembali .

Komposisi kedua  tak kalah menariknya , dipetik dari  album Dewa Budjana, ""Nyanyian Dharma 2"dinyanyikan oleh Trie Utami diiringi  petikan gitar oleh Dewa Budjana dan tarian  Nusantara oleh Didik Nini Thowok dengan gemulainya.

Jika dulu Sound of Borobudur dipentaskan dengan alat seadanya dan yang penting berbunyi, sekarang tentu harus bekerja keras untuk merealisasikan untuk membuat suara dari 200 alat sesuai dengan relief itu jadi paduan suara yang harmoni, reinventing yang dahsyat .

Semua warga Indonesia patut bangga dan punya ilmuwan yang hebat dan alat musik yang dicatat dalam relief dan kita sekarang menemukannya Kembali.

Sumber referensi:

  • Sound of Borobudur, Membunyikan Kembali alat musik dari Abad ke 8 oleh Japung Nusantara
  • Spiritual Borobudur  oleh  Borobudurpark.com
  • Sound of Borobudur Mainkan Alat Musik yang Ada di Relief Candi Borobudur -- Ekos Susanto-detik hot

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun