Pada tanggal 19 Februari 2021 malam hujan deras tanpa henti bahkan boleh dikatakan hujan ekstrem menurut istilah BMKG, membuat beberapa daerah di Tanah Air seperti Semarang, Pati, Kudus, Jakarta , Karawang serta Kabupaten Hulu Sungai mengalami bencana banjir.
Ada yang mengatakan banjir kali ini bukan banjir lima tahunan tapi boleh dikatakan tahunan. Bahkan tinggi air yang masuk ke dalam rumah (menurut teman dan keluarga yang rumahnya kebanjiran) lebih tinggi dari tahun sebelumnya.
Bencana banjir tak hanya mengenal daerah kumuh saja, tetapi tempat atau Kawasan elite tempat orang kaya tinggal seperti di Kawasan KEmang pun tak luput dari banjir.
Jakarta sudah dikenal dengan kota banjir . Dialiri 10 sungai yang semuanya tak terawat baik, drainase yang tak dijaga , bahkan penurunan tanah juga sudah terjadi. 26 titik kena banjir pada hari Sabtu pagi buta tanggal 20 Pebruari 2021.
Orang-orang yang punya bisnis resto daerah Kemang, yang awalnya sudah dipesan untuk suatu event tertentu dan mengundang orang-orang, terpaksa berantakan dibatalkan karena tempat resto sendiri sudah dipenuhi air kecoklatan di dalam maupun luar ruangan, meja dan kursi tamu pun harus dipindahkan dan disusun agar tidak makin kotor kena percikan air banjir.
Belum lagi mobil-mobil yang terendam air banjir, tentunya akan membuat rusak mesin mobilnya.
Dalam kondisi sulit itu warga bahu membahu mengatasi kesulitan, sambil menunggu air surut. Ada yang memberikan tempat penampungan sementara bagi tetangganya. Ada juga yang merelakan untuk warga tetangga untuk evakuasi dulu ketimbang dirinya karena dirinya masih memiliki rumah bertingkat dua sehingga dia masih bisa tinggal di rumah berlantai dua itu.
Bukan di Jakarta saja, banjir juga terjadi di Kalimantan Selatan. Seorang anak perempuan bernama Lia, asli Dayak dari KAbupaten Hulu Sungai Sungai Tengah, kalimatan Selatan, sekarang harus hidup sebatang kara.
Orangtua dan kakaknya meninggal karena banjir bandang yang melanda Kalsel . Membayangkan betapa sedihnay seorang anak perempuan berusia 6 tahun harus hidup sendiir. Banjir bandang di Kalimatan selatan ini diketahui karena faktor-faktor kerusakan lingkungan hidup. Bulan Mei 2020, 17000 hekatar hutan diizinkan untuk diubah fungsinya menjadi perkebunan sawit. Sementara ratusan hektar lainnya dibuka dan dirubah menjadi tambang batu bara .
Kesimpulannya makna banjir yang sesungguhnya itu menimbulkan banyak kerugian bagi orang tertimpa banjir. Kerugian bukan hanya soal materi, tapi juga nyawa bahkan Kesehatan. Dalam kondisi covid-19, orang yang tertimpa banjir itu harus mengevakuasi diri ke tempat yang lebih aman tanpa protocol Kesehatan sama sekali.