Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

"Peti Mati" Korban Covid-19, Menakut-takuti atau Menggugah Kesadaran?

20 Agustus 2020   22:05 Diperbarui: 20 Agustus 2020   22:20 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Instalasi replika peti mati korban Covid-19 diletakkan di Kelurahan Bangka, Jakarta Selatan. Tujuannya untuk sosialisasi bahaya virus di Jalan Kemang Raya.

Sebagai seorang warga yang membaca adanya sebuah replika sebuah peti mati berwarna putih berjudulkan "Peti Korban Covid-19" dengan tulisan lengkap Waspada Covid-19 .S ayangi Nyawa Anda dan Keluarga Anda. Dan Akumulasi Covid Korban Covid-19, sampai tanggal...... 2020. Keterangan itu dilanjutkan jumlah total kasus positif 206, meninggal dunia 14, Sembuh 127 dan seterusnya. Di samping peti itu ada replika petugas kesehatan lengkap dengan APD-nya.

Begitu melihat replika itu, dalam benak saya sebagai orangtua dan senior, saya berpikir kenapa mensosialisasikan bahayanya Covid 19 ini dengan peti mati? Apakah ini sekedar untuk menakut-nakuti warga agar mereka sadar dan takut untuk covid-19. 

Terus terang, bagi saya, justru saya tidak takut kepada kematiannya, tetapi takut kepada proses sakitnya Covid-19 dan akibatnya bagi orang lain yang pernah dekat dengan saya.  Oleh karena itu saya harus patuh dengan protocol Covid-19.

Seandainya, mereka (sebagian besar warga) merasa takut terkena, terpapar Covid-19 dan akibatnya adalah kematian.  Dalam benak mereka takut kepada kematian mungkin hanya saat melihat peti mati saja.

Simbol peti adalah kematian. Kematian bukan jadi hal yang menakutkan bagi beberapa orang. Terus terang, kematian bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi beberapa orang. Ketika peti jadi hal yang ditonjolkan dan kematian yang jadi akibatnya, pesan apa yang ingin disampaikan kepada warga?

Apakah ide dari Ahmad RIza Patria, Wakil Gubernur DKI Jakarta menggunakan "peti mati" itu efektif? Komunikasi untuk sosialisasi dengan cara menakuti itu sebenarnya terlalu ekstrim dan kurang elegan , cara demonstrative.

Menyadarkan masyarakat tentang pentingnya menjaga protocol kesehatan itu perlu kreasi dengan literasi yang mudah dan mudah menyerapnya.

Komunikasi massa merupakan sistem interaksi antara seseorang dengna orang lain yang sifatnya dinamis dan proses memberi dan menerima secara positif, dalam arti saling menguntungkan.

Jika Pemerintah Daerah Khusus Jakarta menginginkan warganya patuh dengan protocol 19, berikan penjelasan dengan detail apa saja yang perlu diingatkan untuk menjalankan protocol 19.  Kenapa ini penting dan mengapa mereka harus menjalankannya. Bukan suatu ancaman atau rasa takut yang diberikan.

Sosialisasi juga proses yang panjang tidak bisa instan, proses internalisasi, berikan nilai-nilai sosial yang ingin disosialisaikan, contoh dari generasi tua kepada yang muda, generasi milenial melalui perbagai medium yang tepat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun