Prestasi non akademik bukan jaminan untuk dapat melanjutkan sekolah. Seribu halangan telah  ditembusnya.  Aturan demi aturan jadi hal yang rumit untuk melanjutkan akademiknya. Hanya tinggal asa yang membuatnya tak bergeming.
Seorang gadis  yatim bernama Aristawidya Maheswari (15) tinggal di Rusunawa Jatinegara dengan segudang prestasi non akademik , juara melukis sejak SD.  Segudang prestasi dari hasil lukisannya telah menelorkan deretan piala-piala juara. Â
Jumlah piala yang menghiasi prestasinya berjumlah 700 dari tingkat sekolah, sampai ke tingkat Juara III Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat nasional dan Juara I Festival Lomba Kementrian Perhubungan. Â Dia mengatakan semuanya itu bermula dari kecintaannya melukis sejak kecil. Â Â
Dari segi akademik, dia bukan anak yang punya prestasi tinggi, boleh dibilang nilainya pas-pasan.  Total nilai 7.762, berdasarkan akumulasi  nilai raport rata-rata 81.71 dikalikan dengan nilai akreditasi 9.5.Â
Perjuangannya untuk ikut test Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) tahun ajaran 2020/2021 Â tak membuahkan hasil. Â Dia mendaftarkan ke 5 sekolah dengan berbagai jalur. Â Pertama melalui jalur afirmasi pada tanggal 19 Juni dengan memilih SMA 12 , SMA 6 dan SMA 121, tidak diterima karena kalah dari segi usia.
Kedua, melalui jalur usia,dia gagal karena usianya pada tahun ini  baru 15 tahun 8 bulan 2 hari saat PPDB.
Ketiga, melalui jalur zonasi, pada tanggal 26 Juni, dengan mendaftar di SMA 36, 59,d an SMA 53, tetapi tidak lolos juga karena terbentur nilai yang paling rendah harus 8.486.
Keempat, melalui jalur prestasi non akademis, tidak lolos karena dianggap prestasinya adalah kejuaraan tingkat kotamadya (Menurut Disdik DKI dia tidak mencantumkan/menginput juara tingkat nasional pada sistem).
Kelima, melalui jalur tahap terakhir , memilih mendaftar online dengan memilih SMA 12 jurusan IPS. Sayang dia tak berhasil karena bobot nilai iPS diharuskan 7.80.Â
Dia juga memilih jurusan IPA di SMA yang sama tapi gagal karena bobot nilai jurusan yang diharuskan adalah 7.9Â sementara nilai rata-ratanya hanya 7.762.
Keputusan Arista untuk tidak melanjutkan sekolah walaupun masih ada tawaran untuk  ikut sekolah  swasta atau PKBM paket kesetaraan Paket C .  Paket kesetaraan Paket C dianggap setara dengan sekolah negeri.