Sore itu saya tak menyangka bahwa ada  berita buruk . Ketika membaca di suatu grup Whatsapplication, seorang teman mengatakan bahwa  Pendeta A telah meninggal dunia.
Bagaikan halilintar di siang hari bolong, saya bertanya kepada penyampai berita bahwa saya tidak  mempercayai berita itu.
Lalu dia menyampaikan surat resmi dari Dewan Majelis, Gereja tempat dia bekerja.
Barulah hati saya percaya, tak lama airmata saya mengalir tak terbendun, deras sekali. Â Beruntung saya menangis di dalam kamar sendirian.
Ingatan saya kembali kepada peristiwa setahun lalu ketika kami sedang seminar "Kesehatan Mental" dimana kami berbicang sangat dalam tentang makna hidup sekarang dan akan datang. Â Seolah bahan seminar pun jadi perbincangan kami yang tak henti-hentinya.
Setelah peristiwa itu kami tak pernah bertemu lagi karena beliau bekerja aktif sebagai pendeta dan saya sebagai jemat di luar gerejanya.
Aneh kami sempat berfoto bersama almarhumah dan janji akan bertemu lagi.
Namun, pertemuan itu tak pernah terjadi hingga kini.  Ketika berita duka itu datang, saya sebenarnya ingin menyampaikan duka dengan menghadiri  Kebaktian Penghiburan sebagai penghormatan terakhir. Ternyata dibatasi hanya orang tertentu dan pemakaman pun tidak boleh dihadiri siapa pun karena jenazah pasien Covid harus sesuai dengan protokol
Mendoakan dirinya hampir tiap hari. Saat berdoa terbayanglah  foto keluarga yang ditinggalkannya,  dua orang anak , seorang anak perempuan berusia 9 tahun dan seorang anak lelaki berusia 7 tahun dan suaminya yang masih dirawat rumah sakit karena Covid-19.
Awalnya, suaminya itu yang menderita positif Covid-19. Lalu, istrinya tentu sering mendampingi suami di rumah sakit. Â Tidak berapa lama, istrinya pun tertular positif Covid-19. Â Dia dilarikan ke rumah sakit rujukan di bilangan Jakarta Selatan.
Kondisi badannya terus menurun drastis.  Walaupun dia masih sempat minta didoakan kepada  Jemaat dan orang  terdekatnya, dia sudah menyelesaikan perjuangan melawan penyakit Covid-19.   Saya meyakini bahwa dia telah berjuang mati-matian. Tapi Tuhan Penciptanya, telah memanggilnya untuk pulang ke RumahNya.