Setelah dihitung, uang pension dikurangi dengan biaya pernikahan anaknya, tinggal sedikit , tidak mencukupi biaya kebutuhan bulanan, dia terpaksa berpikir untuk kembali ke Jakarta. Cari pekerjaan apa saja supaya ada uang masuk demi kehidupannya. Â Dia pun menjadi supir taxi untuk menyambung hidup selanjutnya.
Begitu pula dengan bapak B, apa yang dia impikan bahwa dana pension yang diterimanya dari perusahaan swasta dia mengabdi terpaksa digunakan untuk keperluan pengobatan istrinya yang sakit kanker. Â Setelah hampir habis, dia terpaksa bekerja lagi sebaagi supir taxi.
Dua contoh di atas menunjukkan bahwa banyak di antara kita yang tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi masa pension, terutama untuk bidang ekonominya.
Kesimpulan yang dapat diambil dengan data ini adalah orang Indonesia belum siap untuk pension. Â Jika harapannya 2 atau 3 orang Indonesia di usia kerja ingin pensiun nyaman, tetapi pada kenyataannya hanya 1-3 orang yang sudah siapkan dana pensiun setiap bulannya.
Lalu apa dampak jika Anda tidak menyiapkan dana pensiun?
Menjadi beban Anak
Uang sisa pensiun sudah habis, tetapi gaya hidup Anda tetap seperti sama sebelum pensiun. Â Pengeluar tetap besar itu membuat Anak Anda yang menanggungnya. Â Jika Anak anda sendiri tidak bisa memberikan bantuan, Anda terpasa menumpang hidup kepadanya atau paling tidak numpang makan dan keperluan hidup.Â
Bekerja lagi
Opsi yang lain, tentunya terpaksa kembali bekerja.  Padahal ruang gerak dan kesempatan lapangan pekerjaan bagi pensiunan di Indonesia sangat terbatas.  Tidak seperti di Singapore  untuk pensiunan diberikan kesempatan bekerja, apa pun pekerjaannya mulai dari pekerja kasar sampai ilmuwan, tetap harus dipekerjakan karena ada hukum yang melindungi pensiunan.
Kemampuan fisik pensiunan semakin lemah tapi jika  option memaksa untuk bekerja maka kualitas kehidupan para pensiunan di Indonesia makin menurun dari tahun ke tahun.