Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Urban Planning di Ibu Kota, Hidroponik, dan Tanaman Vertikal Solusi Tepat

27 Agustus 2019   17:00 Diperbarui: 4 September 2019   15:22 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku adalah sumber kehidupan bagi manusia atau tumbuh-tumbuhan. Tanpa diriku, manusia, binatang dan mahluk hidup lainnya tak akan hidup. Mereka semua akan mati kehausan. Tempatku memang luas sekali, bisa di laut, darat atau sungai.  Siklus diriku sangat pendek, dari darat, laut, sungai akan menguap oleh matahari, menjadi awan dan ketika sudah berat sekali, aku turun sebagai air hujan.

Sayangnya, semakin banyak populasi manusia makin bertambah banyak, perubahan iklim global pun terjadi, aku yang sering hadir di musim hujan, menjadi langka. Apalagi ketika memasuki musim kemarau panjang, aku menjadi semakin langka. Manusia sangat mendambakan diriku ketika aku tidak hadir sepanjang musim kemarau, musim panas.

Tumbuhan menjadi kering layu dan sebentar lagi akan mati karena keringnya tanpa aku. Demikian juga manusia mulai gelisah, khawatir melihat fenomena cuaca yang sangat panas tanpa hujan sedikit pun, aku menjadi barang yang sangat mahal.  Kehidupan manusia mulai terancam karena kekeringan, tumbuhan mati, krisis pangan primer terjadi.  

Di ibukota Jakarta atau yang sering disebut Metropolitan, pemerintahnya  DKI Jakarta semakin tergantung pasokan pangan dari daerah lain seperti Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Tengah. Jumlah penduduk Jakarta hampir mencapai 10 juta jiwa. Kebutuhan pangannya tidak mencukupi. 

Sebagai contoh di tahun 2010,  produksi padi yang dihasilkan 6.000 ton, tapi terus menerus turun hingga hampir 50%. Hal ini terjadi karena  semakin cepatnya alih fungsi lahan pertanian jadi pemukiman, industri, dan daerah komersil lainnya. Pemilik tanah pertanian menjual tanahnya untuk mendapatkan keuntungan sesaat dan akhirnya tanah-tanah pertanian itu hilang berubahlah wajah Jakarta menjadi kota yang penuh dengan pemukiman, gedung pencakar langit dan pemukiman rumah susun.

Dengan perubahan drastis lahan pertanian jadi pemukiman,  hilanglah pula penghasilan  rumah tangga pertanian dari 52.500 rumah tangga di tahun 2003 menjadi hanya 12.300 rumah tangga di tahun 2013. Mereka tak bisa bercocok tanam, apalagi bertani karena sudah tak ada lagi lahan untuk pertaniannya.

Dampak dari perubahan ini selain kepada ketersediaan pangan, juga berdampak kepada lingkungan yang tidak sehat seperti iklim dan bencana .  Tempat-tempat terbuka seperti area tutupan hijau pun sudah semakin terbatas. Semua daerah tutupan hijau  digunakan untuk kepemilikan komersial. Untuk mencegah makin memburuknya kondisi ketersediaan pangan dan lingkungan, DKI Jakarta mulai mengembangkan Pertanian Perkotaan yang sering disebut dengan Urban Farming.

Urban Farming itu meliputi tiga sektor yaitu, pertanian, peternakan dan perikanan.  Untuk pertanian, solusi yang dapat dikembangkan adalah dengan mengintensifkan lahan sempit dengan pendekatan pertanian vertikal dan memanfaatkan ruang tanpa lahan seperti atap gedung, dinding bangunan, pinggir jalan. Tanaman yang ditanam adalah sayur-sayuran dan tanaman apotik hidup.  

DKI Jakarta punya design besar pertanian perkotaan yang punya tujuan umum, "Menjadi Pusat Inovasi dan Gerakan Pertanian Perkotaan".  Target utamanya 30%  ruang terbuka hijau produktif, 30% peningkatan produksi pertanian, peternakan dan perikanan dan sertifikasi produk olahan pertanian, peternakan dan perikanan.

Sasaran untuk pelaksanaan pertanian perkotaan, rumah susun, lahan kosong, lahan pekarangan, gang perkampungan , gedung, Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA) .

Tanaman hidroponik Sumber: instagram.com/balkotfarm
Tanaman hidroponik Sumber: instagram.com/balkotfarm
Dengan bantuan dan dukungan dari CSR Bank DKI, Pemerintah DKI Jakarta telah membangun Urban Farming 4.0.   Di lokasi Balaikota Farming (Balkot Farm) dibangunlah sistem pertanian Hdidroponik dan Mural dan IoT dan infrastruktur.   Balkot Farm4.0  ini merupakan pilot project di Lingkungan Balaikota DKI melibatkan Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik, Dinas Kelautan, Perikanan dan Ketahanan Pangan serta Biro Umum Setda Provinsi DKI.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun