Beberapa bulan terakhir, genderang perang dagang yang dilancarkan oleh Presiden Donald Trump menunjukkan kegelisahan bukan hanya China sebagai negara yang diserang, tapi juga negara-negara lainnya, salah satunya Indonesia. Â
Empat kebijakan Presiden  Donald Trump yang sangat kontrpversial itu adalah penurunan pajak,  larangan masuk imigran, pembatasan eksport teknologi --teknologi canggih dan kebijakan tarif.
Dua kebijakan terakhir yaitu pembatasan teknologi canggih dan tariff itu ditujukan kepada China . China yang menjadi negara super power sejak  3 dasawarsa terakhir ini merasakan beratnya kebijakan yang dikenakan Donald Trump.  Terutama dilarangnya perusahan Amerika untuk menerima  Huawai sebagai relasi bisnisnya, bahkan sampai perusahaan software, Google, Twitter, Instagram dilarang untuk berhubungan dengan Huawei.
Negara China harus menghentikan pembelian barang pertanian dari Amerika karena mahalnya tariff yang dikenakan. Demikian juga sebaliknya China tidak dapat mengekspor barang-barangnya ke amerika karena pengenaan besarnya tarif yang dikenakan.
Apabila perang dagang yang terjadi antara China dan Amerika Serikat ini berlangsung terus  tanpa ada solusi maka  akan berdampak luas ke krisis ekonomi global.  Perdagangan dua negara raksasa yang saling berperang  akan mempengaruhi perekonomian negara-negara Asia juga.
Beruntung, badan perang dagang itu akhirnya mereda dengan adanya G-20 Osaka . G-20 merupakan pertemuan kepala negara maju dan berkembang  di tambah dengan Uni Eropa. Pertemuannya sebagai forum untuk menghimpun kekuatan ekonomi maju dan membahas isu-isu penting perekonomian.
Hari Sabtu yang lalu, G20 di Osaka  dibuka oleh Perdana Menteri Jepang  Shinzo Abe. Agendanya didominasi tentang diskusi perdagangan, ketegangan geopolitik dan perubahan iklim.
Adanya kesepakatan antara kedua negara itu untuk menyelesaikan akar resesi ekonomi global dan yang  paling penting adalah Presiden Donald Trump menyampaikan genjatan senjata  bahwa semua perusahaan Amerika Serikat sudah dapat menjual komponen teknologi ke Huawei,  berjanji untuk tidak akan menaikan tarif atas import dan menarik tekanan ekonomi terhadap China.
Lalu, apa sambutan dari Presiden Xi. Â Awalnya, beliau tidak menyinggung pertemuan itu. Tetapi beliau mengingat bahwa pentingnya pertemuan itu adalah kerja sama bilateral dimana selama 40 tahun terakhir selalu menggunakan komunikasi dan negosiasi.Â
Pembicaraan kedua negara itu dimulai dengan situasi perang dagang yang merugikan China . Â Adanya kenaikan tariff 25% Â membuat 250 millar USD produk import asal China dihentikan, ancaman 10% terhdapa 300 milliar dollar AS produk impor asal China, adanya larangan bagi perusahan Amerika untuk menjauhi perusahaan Huawei sebagai raksasa teknologi China.