Setelah sekian tahun Imlek dirayakan di seluruh negara, terutama di negara asalnya China.  Kenapa dinamakan Imlek?  Imlek berasal dari  dialek Hokkian, yaitu Im dan Lek. Im memiliki arti bulan, sedangkan Lek berarti penanggalan. Dengan kata lain, Imlek sendiri berarti kalender (penanggalan) bulan, atau dalam bahasa Inggris lebih dikenal dengan Lunar New Year.
Dalam kalender Tionghoa, dimulai antara akhir Januari dan awal Februari. Jika kalender intenasional bulannya dikenal dengan nama Januari, Pebruari sampai Desember, maka untuk kalendar Tionghoa digunakan shio sebagai tanda bulan. Â
Shio itu adalah kombinasi nama binatang  atau lebih dikenal dengan istilah 12  "Zhi" Binatang dan disebut dengan 12 Shio yang mewakili siklus 12 tahunan.Â
Penetapan Shio bagi seseorang adalah berdasarkan Kalender Imlek yang merupakan Kalender yang sistem perhitungan Waktu, Hari, Bulan dan Tahun. Ada 12 shio urutannya tikus, sapi, harimau, kelinci, naga, ular,kuda, kambing, monyet, ayam, anjing, babi.
Tahun baru yang dirayakan pada awal bulan musim semi itu, pada tahun ini jatuh pada tanggal 5 Pebruari 2019 jatuh dengan shio Babi. Oleh karena itu digunakan gambar babi.
Di Indonesia sendiri sejak diperbolehkan lagi untuk merayakan Imlek pada zaman pemerintahan Almarhum Gus Dur , maka Imlek di Indonesia dirayakan di seluruh kota-kota besar, Semarang, Jakarta, Medan, Singkawang, Jogyakarta dimana orang Tionghoa yang masih merayakan tahun baru bersama keluarga dan mengikuti tradisinya.
Pulang Mudik:
Setiap orang Tionghoa yang sedang dalam perantauan dan masih punya ayah dan ibu dan saudara-saudara tercinta, maka mereka akan pulang mudik ke rumah. Mereka harus berkumpul bersama untuk saling "Pai Nian" artinya bersalaman. Bersembahyang dan bersantap malam malam bersama sekeluarga untuk bersyukur.
Bersembahyang Bersama:
Sembahyang untuk bentuk syukur atas apa yang telah dijalani dan memohon untuk kesehatan dan rejeki di tahun baru.  Sembahyang merupakan tradisi yang masih dijalankan oleh sebagian orang Tionghoa yang merayakan biasanya  sembahyang kepada leluhurnya.  Makanan yang  biasa disajikan ketika sembahyang adalah ikan bandeng, babi, jeruk, serta kue keranjang.