Sebagian besar orang yang tinggal di pinggiran Jakarta maupun di Jakarta merasa sudah saatnya Jakarta berbenah diri untuk mengatasi kemacetan. Jika tidak diatasi, maka kerugian sebesar 67,5 triliun per tahun akibat kemacetan itu. Â
Hal ini dikatakan oleh-Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro menjelaskan besarnya kerugian yang terjadi akibat kemacetan di Jakarta.  Kerugian itu akibat dari banyaknya pengeluaran  konsumsi bahan bakar dan juga waktu terbuang yang dihabiskan di jalan , udara yang penuh dengan polusi bahan bakar.
Kemacetan sudah terasa di semua lini jalan di Jakarta, baik itu jalan raya, protokol maupun jalan kecil. Â Jumlah kendaraan yang semakin hari semakin banyak, sementara jalannya sendiri tidka bertambah.
Usaha yang sedang dilakukan untuk atasi kemacetan adalah dengan dibangun MRT. Membangun MRT yang terlambat hampir 30 tahun, itu belum selesai dan diharapkan selesai untuk tahap pertama di tahun 2019.
Nach, untuk mengatasi kemacetan ini selain dibangun MRT, juga dibangun kereta ringan (LRT) sebagai pelengkap moda transportasi massal. Â Jika pembangunan MRT dan LRT itu berhasil, maka tren pembangunan kawasan berorientasi transit (TOD) di kota-kota besar pun sudah jadi trend.Â
Ini untuk menunjukkan integrasi hunian dengan transportasi massal. Â Di lahan yang dekat dengan stasiun dibangun apartemen. Â Jelang akhir tahun 2018 Â Perum Perumnas meluncurkan proyek apartemen di lahan Stasiun Rawa Buntu, Tangerang Selatan. Â Proyek ini merupakan kerja sama antara PT. Kereta Api Indonesia. Â
Ini merupakan proyek ketiga setelah sebelumnya  dibangun di Stasiun Tanjung Barat (Jakarta Selatan ) dan Stasiun Pondok Cina (Depok).  Harga yang dibanderol untuk apartemen berkonsep TOD dekat Stasiun  Tanjung Barat sekitar Rp.200 juta bertipe Rusunami, diperuntukkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), sementara yang di stasiun Pondok Cina dipatok Rp.7 meter perseti , artinya untuk tipe 32, harganya sekitar Rp.224 juta.
Kebijakan dari Kementrian Badan Usaha Milik Negara mewajibkan BUMN yang membangun apartemen, rumah susun menyediakan 30% hunian bagi masyarakat berpenghsilan rendah (MBR). Hal ini mengurangi kekurangan atau kepincangan untuk perumahan bagi rakyat.
Beberapa pilihan apartemen yang berorientasi TOD telah dibangun di 8 lokasi:
Stasiun Pondok Cinta (Depok) Â Tanjung Barat, Junda, Pasar Seneng, Tanah Abang (Jakarta, Rawa Buntu, Jurang Mangu (Tangerang Selatan dan Ciasuk (Kabupaten Tangerang. Selain itu ada di Surabaya dan Bandung.
Melihat kajian bahwa para generasi milenial atau mereka yang masih produktif bekerja , belum memiliki rumah, dan mereka perlu tempat tinggal yang sangat memudahkan untuk mobilitas dari tempat tinggal menuju kantor. Â Tempat tinggal yang terintegrasi dengan transportasi seperti kereta api massal jadi pilihannya.Â