Apakah buku sudah jadi magnit bagi semua warga baik itu anak, muda maupun dewasa? Â Ternyata belum yach karena statistik membuktikan bahwa budaya baca buku orang Indonesia masih jauh sekali . Peringkatnya 60 dari 61 negara. Â
Padahal gemar baca buku itu bukan hanya untuk memberikan wawasan yang sangat luas tapi juga keasyikannya itu .  Sekarang buku sudah digantikan oleh gadget sehingga anak-anak merasa tak lekat lagi  dengan buku.   Â
Nach, gerakan literasi untuk memperkenal buku sebagai suatu budaya itu sudah dijadikan hari istimewa yaitu tiap tanggal 22 April  sebagai HARI BUKU SEDUNIA.
Gerakan literasi memperkenal buku sebagai minat baca disambut baik sekali oleh beberapa orang.
Pameran buku Bad Wolf yang diselenggarakan mulai tanggal 29 Maret sampai 9 April 2018  di ICE BSD  NON STOP 280 jam  , menyediakan 4 juta buku.  Jenis buku yang disediakan lebih banyak buku-buku anak baik impor maupun lokal.   Tentunya, sambutan masyarakat sangat menyenangkan datang ke pameran buku terbesar itu.  Kesenangan melihat berbagai macam buku itu dengan memborong buku-buku.  Tapi diingatkan bahwa setelah borong buku, jangan sampai buku itu hanya jadi pajangan saja di lemar. Justru buku dibeli untuk dibaca.
Buku-buku itu hasil sumbangan dari pribadi dan teman-teman istrinya. Â Anak sangat menyukai buku cerita yang dibawanya. Mereka bisa membaca selama istirahata 1 jam. Kepala sekolah juga menyambut positif ide dari Brigadir Sandi. Â Â
Ketika ditanyakan motivasi apa sehingga Brigadir Sandi mau membagikan waktunya untuk literasi baca bagi anak-anak SD, SMP. Â Dikatakannya bahwa atas perintah dari atasannya bahwa Polri juga ikut serta berkontribusi dalam pendidikan, maka dia terpikir untuk membawa buku-buku dengan mobil pribadinya.
Dukungan dari Polda Metro Jaya membuat taman bacaan di kantor polisi patut diacungin jempol. Warga dapat menggunakan waktu tunggunya dengan hal yang berguna dan bermanfaat yaitu membaca.