Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kecanduan Gawai pada Anak Sebabkan Gangguan Jiwa

23 Januari 2018   16:09 Diperbarui: 23 Januari 2018   18:33 2110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
llustrasi: Shutterstock

Gadget menjadi candu bagi anak-anak? Jika kita amati tiap hari, setiap orang dewasa baik di mana pun selalu memegang gadget di tangannya.  Buat orang dewasa, kehilangan atau kelupaan gadget bagaikan kehilangan nyawa atau bahkan lebih ironis lagi, tak bisa bekerja dan tak bisa berpikir.

Jika orang dewasa demikian lekatnya dengan gadget, lalu bagaimana dengan anak-anak terutama di Indonesia.  Saya sering sekali berjumpa dengan ibu-ibu yang membawa anak balitanya baik itu ke pasar, ke mall atau antri ke dokter,  supaya anaknya duduk manis , tenang dan tidak mengganggu dirinya, lebih baik diberikan gadget.  Memang apa yang ditonton sudah discreening , game anak-anak.

Namun, ketika anak itu bukan hanya bermain game saja, tapi hatinya dan kelakuannya sudah melekat pada gadget, tepatnya kecanduan,  anak itu seolah berpikir bahwa dunianya adalah gadget.   Tidak ada yang lain, sepanjang 24 jam hampir 2/3 waktunya dipakai dengan gadget, kemana pun dibawanya gadget yang diberikan oleh orangtuanya.

Akibatnya seperti yang terjadi pada dua anak di Bondowoso  dimana ada dua anak, yang satu masih duduk di SMP dan yang satu lagi di SMA dirawat di Poli Jiwa RSUD dr Koesnadi Bondowoso, Jawa Timur.   Kedua anak itu dirawat disana dengan indikasi kecanduan pada penggunaan gawai dan laptop hingga menimbulkan guncangan jiwa.

"Kedua pasien itu terdiri atas satu siswa SMP dan satunya siswa SMA," kata dokter spesialis jiwa RSUD Koesnadi dr Dewi Prisca Sembiring, Sp.Kj kepada wartawan di Bondowoso, Kamis.

"Salah seorang anak mengindentifikasikan dirinya sebagai salah seorang pembunuh. Dan yang lainnya mengatakan orang yang paling dibencinya adalah orangtua".

Ternyata taraf kecanduan anak itu dapat menimbulkan gangguan jiwa sehingga anak sudah tidak lagi mengenal namanya hidup dalam dunia nyata.  Ketika orangtuanya melarang untuk tidak gunakan gadget mereka justru mengatakan bahwa  orangtuanya itu "pembunuh" yang melarangnya.  Ini  sudah tanda-tanda kejiwaan yang tidak benar.  Perlu segera dibawa ke psikolog atau ke KPAI

Sebelum terlambat kita sebagai orang tua perlu mendorong agar anak melakukan sebagai berikut ini:

  • Perketat penggunaan gadget dengan berikan peraturan bahwa anak hanya dapat gunakan  gadget dua jam dalam sehari.
  • Berikan contoh:  Anda sebagai orangtua juga harus memberikan teladan bahwa pada waktu berinteraksi dengan anak, tidak membawa atau gunakan gadget .
  • Gantikan gadget dengan bermain:    Untuk anak-anak yang berusia balita,  sebaiknya diajak bermain di outdoor, bercerita atau bacakan buku-buku yang menarik hatinya.
  • Batas usia untuk gadget:   Anak dibawah usia 2 tahun tidak diperkenankan untuk menggunakan gadget
  • Memberi pemahaman apa arti penggunaan gadget:   Gadget untuk membantu komunikasi, bukan alat untuk menggantikan relasi .
  • Mendampingi Anak pada saat gunakan gadget.  Orangtua selalu mengawasi apa yang dibuka atau dilihat oleh anak.
  • Laporkan dan bawa anak ke Psikolog  KPAI jika ada identifikasi kelainan jiwa akibat penggunaan gadget yang berlebihan.

Jika sudah terlambat dan menemukan anak Anda terkena gangguan jiwa karena candu gadget, segera konsultasikan kepada psikolog  atau melaporkan kepada KPAI.  Sejak Januari 11, 2018, KPAI telah membuka posko pelayanan baru untuk Kecanduan Gadget.  

KPAI akan mencatat laporan itu dan mengindetifikasikan kecanduan gadget anak, lalu berkoordinasi dengan Lembaga-Lembaga atau Klinik yang bisa membantu pemulihan jiwa anak itu.

Jangan sampai terlambat dalam mengindetifikasi kesehatan jiwa anak Anda.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun