Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dibalik "Batik Girl" yang Berkiprah Mendunia

6 Desember 2017   19:41 Diperbarui: 12 Desember 2017   14:02 967
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seorang perempuan cantik , berjiwa sosial tinggi dialah  Lusia Kiroyan atau Lusia Efriani Kiroyan nama lengkapnya. Dunia yang digelutinya sangat berbeda dengan penampilannya yang anggun, cantik dan sangat elegan dalam balutan batik warna coklat .  Seorang sosial entrepreneur , Consultant G2G, B2B & Fixer. FP : CFIC BATIK GIRL.

Kegemarannya untuk menggunakan batik pada saat  kuliah, wajahnya yang cantik ditambah dengan  lemah gemulainya gerakannya serta  rambutnya yang hitam legam, membuat Lusia , mendapat  julukan sebagai "Cinderalla Batik"

Lusia E.Kiroyan dengan batik girl : dok.pribadi
Lusia E.Kiroyan dengan batik girl : dok.pribadi
Jalan hidupnya memang tak semulus dengan apa yang dia harapkan. Ingin menjadi seorang entreprenur tetapi gagal  dan masuk dalam jerat hutang.    Ketika obsesinya yang terbesar masih ada, dia terus berpikir keras untuk berinovasi bagaimana jika memiliki pabrik tapi tanpa modal. Suatu pertanyaan konyol sekali jika dipikir dengan matang.  Namun, tidak bagi seorang Lusia.    Ketika dia melihat penjara perempuan khusus napi perempuan yang terjerat kasus narkoba dan pecandu obat terlarang sebagai suatu hal yang potensial untuk jadi pabrik kreatif yang potensial   Banyak yang berpikir aneh tentang ide Lusia karena penjara adalah tempat yang buruk, seram, menakutkan dan berbahaya.

Namun, kegelisahan Lusia itu tak serta merta menghentikan langkahnya ketika orang lain boleh saja beranggapan negatif, tapi dirinya  justru makin memantapkan dirinya untuk melakukan "sosial empowering"  kepada para napi yang tidak berdaya itu.    Para napi perempuan itu berusia sekitar 10, 16 sampai 35 tahun . Usia yang masih muda seharusnya harapan hidupnya masih cerah tapi justru hidup berada dalam  jeruji besi yang menunggu sampai hukuman habis atau justru ada yang menunggu hukuman mati tanpa harapan.

Lusia pun berpikir keras jika dia membuat penjara sebagai pabrik kreatif, lalu produk kreatif apa yang dapat dihasilkan?  Awalnya, Lusia hanya berpikir bahwa para napi itu diajarkan untuk membuat kue dan es untuk wirausaha.  Kue dan es itu tak perlu modal besar dan perputarannya sangat cepat. Begitu dimasak, dijual dan dapat uang, lalu dipakai sebagai modal berikut.

Tetapi karena Lusia sering   diundang ke luar negeri sebagai pembicara,  ketika ditanya apa oleh-oleh dari Indonesia yang spesifik yang mengindetifikasikan Indonesia.  Terpikir olehnya oleh-oleh yang mudah dibawa dan punya ciri khas Indonesia adalah "Boneka" .   Boneka itu harus punya ciri Indonesia dengan mengenakan pakaian nasional yang dikenal dengan nama batik. Batik merupakan kekayaan nasional yang sudah diakui dunia .  Itulah ide pertama yang tercetus dalam dirinya. Sebagai misi sosial boneka mudah dapat diberikan kepada orang lain .

Selain nasib warga binaan perempuan (WBP) yang dipikirkannya,  boneka juga dianggap sebagai alat terapi bagi WBP artinya dengan boneka mereka melatih mental , kesabarannya dan takwa.  Juga mereka akan mendapatkan pendapatan dari pembuatan boneka.    Setiap warga WBP  diwajibkan untuk membuat boneka yang tidak boleh sama dengan yang lainnya.  Jika sama, mereka harus memperbaikinya.  Ketrampilan dan kreativitas sersta kemandirian jadi titik modal bagi pembuatan boneka oleh para napi.

Pada tahun 2012  di tempat tinggalnya di Batam,  dimulailah usahanya untuk memberdayakan dua LP wanita, yaitu LP di Batam dan LP di Bali.  Jumlah napi yang dipekerjakan masing-masing dari Lapas sebanyak 500 orang.   Kapasitas produksinya  1000.   Yayasan itu pun akhirnya kini dapat terwujud yakni Rumah Belajar dan Rumah Singgah "Cinderella from Indonesia Center (CFIC)" di kawasan Duta Mas, Batam Centre, Kota Batam.

Proposal dari sosial entreprenurship ini disodorkan oleh Lusia ke pemerintah-pemerintah di luar negeri . Justru merekalah yang  memberikan hibah.  Pada tahun 2016 Lusia mendapatkan hibah dari Amerika serikat n 2013 dia mendapatkan dana hibah US$ 19.483 dari Kementerian Luar Negeri AS atas proposalnya memproduksi boneka seperti Barbie namun berbaju batik untuk memberdayakan napi perempuan. Lusi yang malam itu menjadi satu dari 6 penerima penghargaan Youth South East Asia Leaders Initiative (YSEALI).

Dengan dana hibah itu, Lusia mulai melatih para napi dalam waktu tiga hari dengan mendatangkan ahli designer .  Para napi diajar bagaimana membuat pola baju, memotong dan menjahit atau mengelem sehingga menghasilkan boneka Batik yang cantik.

Hibah itu tentu harus digunakan dengan baik karena pertanggungan jawab besar kepada negara pemberi.  Selain untuk membayar kepada para napi perempuan, profit dari hasil penjualan sebesar 10%  dibagikan kepada anak-anak disabilitas dan anak kanker di seluruh Indonesia.

Kiprah Lusia makin berkibar.  Pada tahun 2017, d berhasil mendapatkan grant dalam program hibah untuk Alumni Australia mellaui Alumnae Grant Scheme (AGS) tahap 2 yang diadakan oleh Australia Award. 

Hasil dana hibah sebesar AUD 10,000 itu digunakan dengan bertanggung jawab dengan mengadakan Batik Girl Workshop di LPP Batam pada tanggal 23-25 Nopember 2017  dan di  LPP Bali pada tanggal 27-29 Nopember 2017.

Selain itu akan ada Batik Girl Roadshow yang diadakan di Melborune pada bulan Maret 2017 bekerja sama dengan lokal partner : Bayside Community Care bersama Christy Buckingham.   Roadshow yang kedua bulan Maret 2017 di KJR Darwin NT bersama Bapak Andre Omer Siregar.

Acara diikuti oleh 100 warga binaan perempuan (50 WBP di Batam dna 50 WBP di Bali). Kegiatan workshop dilakukan selama 3 hari dibagi dalam 2 sesi.    Sesi 1,  program "Inner Peace" dimana warga binaan perempuan diberikan latihan mengaktifkan inner peace dalam dirinya dan melatih mindset agar mereka berpikri positif dan mereka tidak bergantung kepada narkoba .  Selanjutnya mereka dilatih  Yoga selama 3 hari juga . Pelatihnya  Nina Wolther (trainer Yoga in prison).

Sesi kedua, diadakan pelatihan membuat boneka "Batik Girl" 3 hari trainer di Batam oleh Vivin Andraini dan Trainder di Bali oleh Lindsay Stanford (dari UK).

Target dari pelatihan ini agar para WBP dapa membuat 1000 boneka "Batik Girl"  dimana 500 boneka dikerjakan oleh WBP Batam dan 500 boneka dikerjakan oleh WBP Bali .   Semuanya diselesaikan sampai Februari 2018.

Tidak mudah bagi Lusia untuk "memdorong " agar WBP melakukan pembuatan boneka sesuai target karena dia berada di lokasi yang jauh dari Lapas  Batam dan Bali.  Para WBP juga tidak memiliki kemampuan untuk dipaksa bekerja sesuai target, mereka kebanyakan bekerja sesuai dengan mood. 

Lusia E.Kiroyan bersama Ari Manopo , Bank Mandiri: Dok.pri
Lusia E.Kiroyan bersama Ari Manopo , Bank Mandiri: Dok.pri
Hasil dari pembuatan 1000 boneka "Batik Girl"  ini akan dijual kepada komunitas melalui program "One Doll for friend"  yang akan dibagikan kepada para anak-anak penyandang disabilitas dan kanker.  Diharapkan banyak komunitas yang menunjang kegiatan ini sehingga makin tercapai pemberian "One doll for friend".   Di sini peran Bank Mandiri melalui  Bapak Ari Manopo, VP, Head of CSR Bank Mandiri sangat besar, membantu dalam finansial untuk penyaluran  program "One Doll for friend".

Hasil
Hasil
Dengan dukungan Australia Award Indonesia dan Bank Mandiri diharapkan "Batik Girl" tidak hanya dikenal di Indonesia saja, tetapi juga dikenal di negara Asean atau  Australia dimana Roadshow berikutnya akan diadakan di Melbourne dan Darwin dengan tagline  "A Doll for A Friend".

Lusia tidak pernah berhenti untuk terus memajukan dirinya untuk kepentingan sosial , jalan yang ditempuhnya seringkali terjal tetapi dia tak pernah menyerah. Dalam bulan Desember ini ada undangan dari Google Asia di Singapore yang menawarkan kepada Lusia untuk training beberapa media sosial. Tujuannya agar misi sosial yang diemban oleh Lusia makin dikenal oleh dunia .  Dengan demikian Lusia dapat lebih mengembangkan sayap untuk    Beberapa awards baik itu secara nasional maupun international tidak membawa dirinya menjadi lupa diri, tetapi dia selalu berusaha menyempurnakan dirinya untuk menambah kekayaan wawasan dan makin mengenal dan menggeluti  dunia sosial baik bagi pemberdayaan perempuan maupun bagi anak-anak penderita kanker maupun disablitas.

Bagi para komunitas atau lokal partner yang berminat untuk berpartisipasi dalam program "One Doll for A friend", dimana Lusia akan menyalurkan dana yang terkumpul untuk dibuatkan "Batik Girl" lalu disumbangkan kepada anak-anak diabilitas atau anak kanker, silahkan menghubungi :

FB: Lusia Kiroyan (Cinderella Indonesia)

Fanpage: CFIC Batik Girl

Instagram: cinderella_from_Indonesia

Sekilas tentang Cinderella Indonesia:

1. https://www.youtube.com/watch?v=nLoajoR1Zi4

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun