Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

KLB Difteri Menjelang Akhir Tahun

4 Desember 2017   17:34 Diperbarui: 5 Desember 2017   10:32 2316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang penutupan tahun 2017 ada berita-berita yang kurang baik atau tepatnya buruk .  Baik itu bencana alam, tapi juga ada bencana penyakit.

Yang terakhir terdengar gaungnya adalah KLB atau  Kejadian Luar Biasa.  Disebut dengan KLB karena sudah terjadi pada 19 provinsi diantaranya Banten,DKI Jakarta, Jawa Timur,Jawa Barat, Sumatera Barat dengan penderita  berusia 5-9tahun.    Terjadi sejak bulan Januari sampai Desember 2017.

Kasus wabah difteri di Indonesia sejak tahun 2015 dimana WHO menyatakan angka kejadian Difteri di Indonesia meningkat 502 kasus dibandingkan tahun 2014  sebanyak 394 kasus.

Pada tahun 2016, Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementerian Kesehatan RI merilis angka kejadian difteri sebesar 415 kasus  dengan jumlah kasus meninggal sebanyak  24 kasus.

Menurut laporan profil kesehatan Indonesia tahun 2016 yang dikeluarkan Menkes 2016, pada tahun 2016 dari seluruh kasus difteri sebesar 51% diantaranya tidak mendapatkan vaksin.

Banyak yang kaget kenapa kok tiba-tiba ada KLB Difteri.  Memang menteri Kesehatan sedang mengecek kebenarannya.  Namun, lebih baik sedia payung sebelum hujan.  Kita perlu mengenal dulu apa yang disebut Difteri.  Difteri penyakit infeksi yang menyerang membran muskosa tenggorakan  dan hidung disebabkan bakteri Cornynesbcterium diphtheriae.  Infeksi itu menyebabkan terbentuk selaput tebal di tenggorokan yang menghalangi saluran napas. Sehingga dapat menyebabkan pasien kesulitan bernapas dan meninggal.

Difetri sangat menular melalui droplet dan penularan dapat terjadi tidak hanya dari penderita saja, namun juga dari karier (pembawa) baik anak mapun dewasa yang tampak sehat kepada orang-orang sekitarnya.

Gejala  Wabah Difteri:

  • Demam tidak tinggi
  • Nafsu makan menurun
  • Lesu
  • Nyeri menelan dan nyeri tenggorokan
  • Sekret hidung kuning kehijauan dan bisa disertai darah
  • Memiliki tanda khas berupa selaput putih kelabu-abuan ditenggorakan atau hidung yang dilanjutkan dengan pembengkakan leher

Tindakan Penanganan Difteri:

  • Segera ke puskesmas/rumah sakti terdekat apabila ada anak mengeluh nyeri tenggorokan disertai berbunyi  seperti mengorok (stridor) khususnya anak berumur < 15 tahun.
  • Anak harus segera dirawat di rumah sakit menjalani pemeriksaan laboratorium.
  • Seluruh anggota keluarga serumah penderita  harus menjalankan pemeriksaan untuk memutus penularan
  • Anggota keluarga yang telah dinyatakan sehat harus melakukan imunisasi DPT.

Penanganan Terencana dan Berjangka:

Menurut Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulukangan bahwa penanganan difteri harus terencana , jangka pendek dan jangka Panjang. Jangka pendek pemerintah harus melakukan ORI di daerah melaporkan KLB, minta kepada seluruh kepala daerah untuk minta kepada warganya untuk melakukan imunisasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun