Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berbagi Mempersiapkan Purna Tugas dengan Pribadi yang Ceria dan Keluarga Bahagia

9 September 2016   12:45 Diperbarui: 9 September 2016   14:40 530
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompasianival Berbagi , saya merasa tak punya apa-apa untuk berbagi karena saya bukan orang yang sukses atau orang yang hebat. Namun, saya mau berbagi untuk Kompasianival untuk pengetahuan psikologis dan wawasan yang saya alami saat mempersiapakan purna tugas atau pensiun dini untuk jadi pribadi yang ceria tidak terjebak dalam kesedihan atau kehancuran .

Semua orang yang produktif bekerja, tidak selamanya akan bekerja selamanya di kantor atau bekerja kepada orang lain.  Ada saatnya  orang akan memasuki dunia pensiun.   Sayangnya, banyak yang belum mempersiapkan diri untuk memasuki pensiun dengan rasa bahagia dan ceria.  Tanpa persiapan yang cermat dan matang, mereka akan tergagap bahkan merasakan dunia serasa berbeda dengan apa yang diharapkan. 

Sering disebut dengan “Power Syndrome” karena saat bekerja punya kekuasaan, jabatan, anak buah untuk bisa diatur.  Ketika tiba saat pensiun, kehilangan semua yang pernah ada, anak buah, kekuasaan, jabatan. Seolah dunia serasa berubah dan diri pun berubah karena hilangnya semua yang pernah dimiliki.

Sebagian orang memang tak dipersiapkan diri oleh perusahaan dimana dia bekerja . Orang sering menyebut bahwa perusahaan hanya mementingkan mereka yang masih produktif . Ketika mereka yang tak produktif, mereka harus keluar dari perusahaan dan mencari pekerjaan atau jati diri sendiri tanpa adanya hubungan dengan perusahaan lagi.  Tiap perusahaan sangat berbeda dalam misi dan visinya dalam memperlakukan staff atau pegawainya.   Ada yang menganggap sebagai pegawai atau staf sebagai aset, ada yang menganggap sebagai partner, mitra atau yang paling jelek adalah sebagai pelengkap saja.  Tidak semua perusahaan peduli dengan fasilitas yang disiapkan untuk pekerjanya yang loyal ,setia dan hebat  untuk masa purna baktinya.  Mereka mungkin hanya menyiapkan sejumlah uang pensiun saja.  Namun, apakah mereka memperhatikan bagaimana efek psikologis dari seorang yang pegawai yang setia akan pensiun?   Dari sekian banyak perusahaan , hampir tidak ada atau hanya 1 atau 2 perusahaan yang mengadakan suatu seminar agar mereka yang akan memasuki pensiun, sudah mempersiapkan diri secara psikologis.

Sadar atau tidak sadar, orang kehilangan pegangan hidup atau dalam psikologinya  menghadapi pensiun. Penyakit yang sering terjadi setelah purna tugas seperti indigo, tidak dihargai , tidak kenal dengan lingkungannya.

Oleh karena itu sangatlah penting untuk mempersiapkan diri dalam menyongsong purna tugas dengan pribadi ceria dan bahagia sebelum semuanya berakhir dengan tragis.

Kenalilah diri Anda “Siapa diri Anda Sekarang’

Saya yang dulunya bekerja selama 28 tahun menikmati pekerjaan, mempunyai  uang sendiri dan dapat gaji tiap bulan, fasilitas kesehatan dan berbagai fasilitas lain seperti training, transportasi dan bonus jika mencapai target atau over achievement.  

Ketika masuk dalam pensiun, semua fasilitas itu hilang dari apa yang pernah saya dapatkan. Seolah saya berada di dunia lain.  Dunia saya berbeda dengan yang lama.  Tidak ada fasilitas dan semua yang pernah saya dapatkan.  

Berbeda dalam hal keuangan, fasilitas, kesehatan dan lingkungan kerja yang pernah saya nikmati.   Seolah saya harus mengubah semua yang pernah saya nikmati.   Kehidupan yang dulu penuh dengan perjuangan karena harus masuk kerja pagi dan pulang malam, dikejar target, dikejar oleh klien, dikerja oleh boss, hilang semuanya.

Saya merasakan perbedaan itu. Apalagi memasuki minggu pertama, saya bingung, kaget dan lemas karena tidak ada tantangan yang saya hadapi.  Tapi tantangan lain yang saya hadapi, saya tak miliki lagi semuanya dan saya harus memiliki kreativitas yang harus saya ciptakan untuk mendapatkan yang baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun