Pendidik itu adalah orangtua dan guru
Tugas orangtua adalah mendidik anaknya baik itu di rumah maupun di sekolah. Jika di rumah, pendidikan dimulai dengan menerapkan nilai-nilai dasar tentang etika, kehidupan manusia dan lingkungan. Diharapkan orangtua selalu menerapkan pola pendidikan dengan mengenalkan anak kepada orang-orang yang terlibat dalam pendidikan. Orang-orang itu adalah guru. Guru adalah bagian dari pendidik anak kita di sekolah. Kita sebagai orangtua menitipkan anak kita kepada guru dengan kepercayaan. Kepercayaan bahwa anak kita akan dididik dengan baik dan benar. Tentunya kepercayaan kepada guru harus dibarengi dengan pengenalan atau interaksi kepada guru. Salah satu cara berinteraksi dengan guru adalah dengan mengantar anak diHari Pertama Sekolah,berkenalan dengan guru pada saat mengantar anak sekolah di Sekolah pada Ajaran Baru. Mengantarnya tentu tidak hanya di gerbang sekolah, lalu pergi meninggalkannya. Tetapi mengantar sampai di kelas, berkenalan dengan guru dan dengan meninggalkan kartu nama orangtua dan anak.
Berbicara dengan guru tentang kesehatan anak, kebutuhan apa yang perlu diantisipai dari anak, perhatian khusus apa yang perlu diketahui jika ada masalah belajar dengan anaknya. Semuanya itu sangat penting karena adanya interaksi antara orangtua dan pihak sekolah. Keduanya adalah institusi pendidik . Yang satu adalah orangtua dan yang lainnya adalah sekolah.
Pengalaman Gagalnya Mengantar Anak Hari Pertama ke Sekolah
Saya ingin flashback berpuluh tahun yang lalu. Anak tunggal saya, seorang gadis cilik. Berhubung saya bekerja dan berasal dari keluarga kecil, saya jarang membawanya bersosialisasi dengan teman maupun keluarga. Sejak lahir hingga usia masuk sekolah pre-school, anak saya tinggal bersama dengan tante. Tante yang membantu saya untuk membesarkannya karena saya bekerja full time dari pagi hingga malam baru tiba di rumah.
Saya ingat betul pergumulan saya yang berat ketika hendak memutuskan apakah perlu mengantarkan anak ke sekolah pada hari pertama Pre-School. Saat itu orientasi berpikir saya hanya kepada kepentingan saya yang memberatkan karena sebagai pekerja. Untuk datang terlambat ke kantor, tentunya perlu izin. Izin untuk terlambat tidak boleh melebihi dari tiga kali dalam sebulan. Jika melebihi saya dikenakan sanksi kena SP 1 (Surat Peringatan).
Itulah sebabnya saya tak mampu untuk memutuskan dengan baik untuk mengantar anak pada hari Pertama. Keputusannya adalah anak diantar oleh tante. Keputusan yang salah dan baru saya sadari kesalahan itu setelah terjadi peristiwa yang yang cukup menggemparkan.
Anak diantar sekolah oleh tante. Meriahnya semua anak diantar oleh orangtua. Anak saya mulai rendah diri karena dia tak melihat saya ada di dekatnya. Ketika bel berbunyi, anak harus masuk kelas, guru pun mulai mengenalkan diri dan minta anak-anak juga mengenalkan diri. Suasana yang seharusnya menyenangkan berubah total, suara jerit tangis anak karena anak tak melihat lagi orangtuanya di tempat menunggu. Anak saya yang tadinya tenang, ikut gelisah dan takut ditinggal tantenya. Ketakutan itu membuat dirinya ngompol . Ketika ngompol, dipanggilah tante untuk membawa anak pulang karena tante tak membawa ganti pakaian dalam /pakaian luar. Saat mengantar anak pulang, terdengarlah kata-kata guru : “Jangan ngompol lagi yach, kelas bukan tempat untuk ngompol”
Kata-kata itu sangat menusuk hati bagi anak saya yang memang memiliki jiwa sensitif. Oleh karena itu dia memboikot saya untuk tidak mau sekolah. Akhirnya dengan usaha membujuk maupun mengantar sendiri ke sekolah, anak saya baru mau sekolah lagi.