Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Unlimit8] Do Not Dream Your Life but Live Your Dream

30 April 2016   15:43 Diperbarui: 14 Mei 2016   16:01 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pixabay.com

15 tahun yang lalu, ingatanku dan memoriku  melayang kembali saat aku ikut seminar tentang “7 Habits of Highly Effective People” (pengarang aslinya adalah Steve R.Covey) yang diadakan oleh kantor di Puncak.

Awalnya, saya berpikir lumayan buat refreshing karena topik seminar  sangat ringan sekali. Umumnya, jika kami harus ikut seminar, tugas utama peserta adalah  membuat presentasi, group work atau brainstorming.   Namun, diluar dugaan apa yang saya pikirkan itu meleset sama sekali.   

Seminar ini justru  membangkitkan kesadaranku tentang bagaimana menyelerasaskan karakter saya dengan karakter yang akan dituju sesuai dengan nilai yang saya anut.   Pendekatan yang efektif untuk mencapai tujuan dengan menyelaraskan diri dengan etika universal yang abadi.

Nach,  di sinilah titik balik bagiku.  Menjalankan pekerjaan rutin di kantor memang sering lupa kepada tujuan kehidupan kita sebagai orang yang sudah memiliki kemampuan dalam pekerjaan.  Bukan hanya lupa saja, tetapi tidak menyelerasakan diri untuk lebih efektif mencapai tujuannya.  

Untuk mencapai tujuan hidup saya,  sejak mendapat insight inspiratif dari  seminar itu, saya mengantongi bagaimana  menjadi proaktif, memulai sesuatu dengan pikiran dan mengakhirki dengan pikiran dan prioritas kegiataan. Mendahulukan yang utama, berpikir untuk menang, mengerti orang lain sebelum dimengerti oleh orang lain, sinergi dengan orang-orang yang punya kemampuan tinggi.

Menjelang pensiun dini, sebenarnya belum ada persiapan matang ingin melakukan aktivitas apa karena saya pikir masih dapat bekerja selama tiga tahun lagi.  Ternyata kondisi lingkungan kerja dan manajemen berubah karena kondisi keuangan global mempengaruhi kekuangan kantor.   Inilah yang membuat saya tak punya plan untuk keadaan yang mendadak berubah.

Proses bermimpi unlimited vs realitanya

Kondisi perubahan itu sebenarnya membuat psikis atau kejiwaan saya agak goncang. Dalam kegoncangan itu saya mulai dengan berandai-andai bahkan bermimpi apa yang dapat saya lakukan dengan apa yang saya miliki untuk meraih yang tidak dimiliki.

Yang saya miliki adalah pengalaman kerja yang lumayan lama, 28 tahun. Andaikata pengalaman itu dapat dijadikan modal untuk buka usaha sebagai trainer.  Belum pernah mengadakan training centre, saya mencoba menghubungi teman suami yang sudah punya keahlian dalam bidang training, apalagi dia seorang psikolog.   Namun, ternyata tak mudah mengajukan proposal karena dia merasa sudah lebih punya banyak pengalaman, sedangkan saya masih nol.  

Mimpi dalam jangka pendek adalah bisnis online dan menulis. Bisnis online, memang tak semudah membalikan tangan, mencoba untuk buat sendiri  toko online “Bra” dimana barang-barangnya dengan mudah saya beli dari supplier seorang teman.  Tapi ternyata saya belum berpengalaman dengan apa yang saya impikan itu.   Survey tidak pernah saya lakukan karena terdesak untuk membuat dulu baru lihat nanti apa hasilnya.  Hasilnya memang nol.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun