Mendidik anak maupun orang dewasa untuk memiliki mental sebagai pemenang itu tidak mudah. Banyak yang menganggap bahwa setiap orang pasti mampu melakukannya. Ternyata tidak semua orang mampu melakukannya.
Ketika orang menghadapi kesulitan , kekecewaan dan ketidak-nyamanan , ketidak-sesuaian dengan apa yang diinginkan, timbul rasa kecewa bahkan putus asa dari orang yang tak punya mental pemenang.
Hidup memang tidak selalu mudah. Begitu banyak saingan di sekolah, kerja, di mana pun kita berada. Dalam setiap interaksi, untuk pencapaian tujuan, ada saja orang yang ingin menang tanpa mempedulikan apakah dia berhak menang atau tidak.
Setiap kompetisi dalam bentuk apa pun, harus diperjuangkan. Jadi bagi mereka yang punya mental “pemenang” memiliki ciri-ciri khas sebagai berikut:
1. Pemenang artinya mencapai apa yang diidamkan. Untuk mencapainya, selalu ada usaha keras dan berat dalam mencapainya.
2. Pemenang artinya kita dapat menerima kekalahan, meskipun kita sudah berusaha.Pemenang artinya, menerima kekalahan dengn ikhlas.
3. Pemenang artinya apa pun yang terjadi bukan selalu mendapatkan apa yang diinginkan, tetapi lebih kepada tak pernah menyerah kepada kondisi keadaan yang sulit
Mengapa tiap orang harus memiliki mental pemenang?
Mental pemenang itu artinya punya kebesaran hati dan jiwa dari sekedar memenangkan apa yang diinginkan. Tetapi tidak pernah menyerah sedikit pun dari kesulitan yang dihadapinya.
Kebalikan dari mental pemenang adalah pecundang. Seorang pecundang selalu menyalahkan kondisi dan keadaan yang menyebabkan dia tidak berhasil menang . Alasan-alasan yang dikemukakan itu untuk menjadikan kambing hitam bahwa dia tak berhasil bukan karena dari dirinya tetapi karena keadaan. Ini hanya semacam kamuflase untuk mencari kesalahan adanya kekalahan .
Manfaat memiliki mental pemenang:
Orang yang punya mental pemenang akan menghadapi kondisi masa depan dengan optimisme. Dia selalu mengerjakan apa yang didepannya dengan berbagai macam solusi. Dia tak pernah terjebak dengan berbagai macam alasan-alasan kelemahan dirinya atau di luar dirinya untuk tidak berjuang.