Memasuki usia pensiun adalah rasa takut, khawatir yang menghinggapi. Biasanya hidup produktif mendadak kehilangan kesibukan. Bukan hanya soal finansial atau masa depan saja, tetapi dari segi kesehatan hingga gaya hidup yang harus dirubah 180%.
Perubahan total gaya hidup memasuki pensiun memang berat sekali. Waktu yang cukup sibuk dari pagi hingga malam hari di tempat kerja. Pagi buta harus bangun menyiapkan sarapan dan keperluan anak. Sisa waktu untuk mengurus diri sendiri, sarapan seadanya. Yang penting mengenyangkan. Setelah seharian bekerja, untuk makan siang biasanya ada “obei atau orang belakang atau cleaning service” yang mencatat order makan siang. Jika bosan, tinggal jalan masuk ke restoran di sekeliling kantor. Tinggal pilih mana yang disukai dan diorder. Seolah hari dilalui tanpa adanya berpikir apa yang dimakan itu sehat atau tidak. Tetapi begitu week end tiba, badan dan pikiran seperti cape dan sakit mulai terasa.
Namun, mengapa saya sering terkena sakit pencernaan atau diare? Sempat masuk rumah sakit karena diagnosa awal adalah pra tyhpus. Pada saat di rumah sakit, saya mendapat dua antibiotik dengan kadar tinggi 500 mg yang diminum secara bersamaan. Hampir seminggu obat itu harus saya konsumsi. Anehnya, ketika saya pulang dari rumah sakit, bukan kesembuhan yang saya dapatkan tetapi kebalikannya. Ketika baru sehari di rumah, badan menggigil, dan keringat dingin mengalir. Akhirnya, saya kembali menemui seorang profesor ahli pencernaan makanan di suatu rumah sakit. Saya kembali tinggal di rumah sakit itu tanpa diberikan sebuah obat pun. Ketika saya bertanya kepada dokter: “Kenapa tidak ada obat? Apa penyakit saya?” Dokter hanya senyum simpul saja.
Sejak saat itu dampak dari obat yang pernah saya konsumsi secara berlebihan itumenggilas usus saya menjadi sensitif menimbulkan penyakit diare yang aneh. Hampir tiap bulan sekali, terjadi diare yang terus menerus hampir dua atau tiga hari. Mengevaluasi makanan apa yang membuat saya diare. Pedas,kecut, santan. Saya coba hindari. Ternyata usaha itu tak juga membuahkan hasil. Berbagai ahli, dari dokter maag, hingga dokter ahli kanker usus didatangi. Belum juga membuahkan hasil.
“What you are is what you eat”. Akhirnya saya mendapat hasil kesimpulan dari observasi dari penyakit yang ada dalam tubuh. Pertama menganalisa kenapa dokter memberikan obat-obatan itu . Apa fungsi dari obat-obatan itu. Lalu, saya memulai menganalisa bahwa dokter memberikan obat untuk meringankan gejala. Luka di lambung saya akibat diare harus saya pulihkan dengan nutrisi , yang adalah tanggung jawab saya untuk memakannya. Saya harus aktif mencega terjadinya gastritis dikemudian hari dengan gayahidup yang sehat.
Strategi pun dibuat untuk menciptakan gaya hidup sehat dan pola makan sehat:
1. Senam Tera tiap hari secara konsisten:
Dari rumah menuju ke lapangan berjarak sekitar 500 meter. Saya selalu berjalan kaki.Setibanya, di lapangan, berkumpul dan bersenam dengan seorang instruktur Senam Tera.Senam Tera ini mengikuti prinsip senam untuk otot, peregangan, nafas dan diabetes.Gerakannya sangat “slow” tetapi gerakan yang bermanfaat dan sangat menekankan latihan otot, syaraf dan peregangan. Lamnya sekitar 1 jam.
2. Sarapan Sehat:
Yang pertama : Makan yang kaya serat. Jika kita sarapan dengan makanan tinggi serat, makan siang kita akan bisa 90 kalori lebih sedikit dibandingkan dengan tidak makan tinggi serat.
Yang Kedua: Buah-buah dan sayuran segar guna supply tubuh dengan vitamin.
Yang Ketiga: Awali tiap hari dengan satu atau dua jenis buah, pisang dengan satu atau dua jenis buah.
Yang Keempat: Sup merupakan alternatif pembangit selera dan mengurangi jumlah makanan pokok yang kita makan.
3. Makan Siang sehat:
Dasar nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh kita adalah karbohidrat,lemak,protein,vitamin,mineral dan air. Yang pertama: karbohidrat kompleks, pilhan saya adalah nasi merah, roti gandum. Karbohidrat jeni ini membantu tubuh jadi langsing dan menghindari penuaan dini. Yang kedua: ikan adalah protein yang dibutuhkan untuk pembangunan tubuh. Yang ketiga: Lemak, pilih lemak yang tidak digoreng. Yang keempat: air adalah nutrien yang sangat dibutuhkan. Pilih air yang berkualitas tinggi. Yang Kelima: vitamin , berhubung usia saya, saya memerlukan vitamin kalsium untuk mencegah osteporosis. Yang keenam: mineral, untuk bahan baku tulang, dan saraf.
4. Menghindari jajan atau makan “junk food” dan jajanan:
Setiap kali masakan saya kelihatan kurang menarik. Suami sering mengatakan: “Beli atau pesan masakan dari restoran A”. Menu dari restoran A, memang menggiurkan di lidah, namun makanan lemak tinggi atau disebut trans fat dapat meningkatkan LDL Kolesterol. Contohnya margarin, kue cookies, gorengan, makanan ringan.
5. Hadiri Seminar Edukasi :
Beberapa kali saya hadir dalam Seminar mengenai beberapa penyakit seperti osteoporosis, jantung, diabet dan jantung. Selain untuk menambah pengetahuan, juga untuk mengetahui secara dini apabila indikasi datang. “Prevention is better than Cure”
6. Brain Fitness:
Bekerja sesuai dengan passion. Berpikir, tidur siang dan menghindari pikiran negatif, buruk dan berperilaku buruk. Tidak pernah berhenti belajar tetapi tidak harus mendengarkan hal yang tidak bermanfaat.
Last but not least, slogan “Kualitas hidup sehat dengan gaya hidup sehat dan makanan sehat” bukan hanya sekedar di atas kertas saja, tapi secara konsisten dan teguh dilakukan setiap hari.
Menerapkan pola hidup sehat diatas bukanlah sesuatu yang sulit. Tetapi jika tidak dimulai, dari sekarang, kapan lagi. Gaya hidup sehat itu harus disadari manfaatnya jika kita tak menginginkan penyakit kronis segera menggerogoti kita seperti jantung, diabetis,osteoporosis.
Bahayanya terus mengintai karena kebugaran lansia itu sudah dirasakan berkurang. Nach, ini saatnya saya terus menerapkan gaya hidup sehat di masa lansia.
Ayo, siapa akan ikut seperti saya?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H