Mohon tunggu...
Iffat Basheer
Iffat Basheer Mohon Tunggu... -

I live in Yemen- ordinary person, naruto lovers, coffeholic, thinkers (LOL..just a lil bit^_^\r\nand kinda off somethin' interest..\r\nactually readin' n writin' is my soul.when I lose both of them, I'll getting mad.never like philosophize, but sometimes tried to know than nothin':))\r\n\r\nhope everyday is better with Allah's guide

Selanjutnya

Tutup

Catatan

It's More Than Abroad

2 September 2012   01:16 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:02 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13465484321733967158

(gambar: surabaya.olx.co.id)

Sebagai negara terbanyak kedua setelah Mesir yang menjadi jujugan orang – orang indonesia untuk menempuh ilmu, Yaman tidaklah istimewa jika dibandingkan dengan negeri para Fir’aun  yang memiliki Al – Azhar assyarif dan sungai Nil dengan segala legendanya. Bahkan boleh dikatakan sistem tidak pernah berlaku di negara ini. Mungkin itulah sebabnya sering kita temukan keluhan tentang betapa susahnya mendapatkan visa untuk masuk ke negara ini. Namun, inilah Yaman. Tetap apa adanya, seperti ketika pertama kali saya memutuskan untuk berangkat ke negara ini. Masih terngiang di telinga saya saat salah satu pejabat organisasi besar di Indonesia bertanya kepada saya : “ Mengapa kamu memilih Yaman yang notabenenya adalah negara termiskin?”. Saat itu saya hanya berkata dalam hati :Bukankah lebih afdhol jika mempelajari ilmu syariah lebih dekat dengan sumbernya? Padahal jujur, saya tidak yakin akan jawaban itu jika melihat keadaan diri saya sendiri. Bagi saya abroad adalah sebuah pelarian dari kejengahan dan juga petualangan.

Tetapi pada akhirnya negeri 1000 wali inilah yang malah mengubah pandangan saya. I said : it’s not about have fun. It’s more than abroad. It’s a spiritual trip. Berkali – kali saya menyakinkan diri saya untuk tidak terlalu berlebihan dalam menilai segala hal. Mungkinkah saya terlalu terbawa suasana oleh kesederhanaan kota tempat saya tinggal? Atau bahkan kebersahajaan kampus tempat saya belajar? Atau karena saya telah menemukan apa yang telah saya cari?

Saya rasa pertanyaan – pertanyaan seperti itulah yang muncul saat kita sedang meretas tangga pencarian jati diri.Probabilitas pencarian itu mungkin akan berhenti tepat pada tempatnya namun tak menutup kemungkinan dia akan berbelok dan justru mengarahkan kita kepada hal yang baru. Just have fun and taste what Allah’s gave us.

At last, searching adalah sunnatul hayah yang mau tidak mau akan terjadi pada kita. Tergantung bagaimana kita menghadapinya. Lalu bagaimana dengan anda?

Salam semangat

^_^

Iffat Basheer

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun