Mohon tunggu...
iefa waisaleh
iefa waisaleh Mohon Tunggu... -

Post Graduated Social welfare- university of Indonesia. Majoring in social development and local politic

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

"Tolol,,Tak Berbudaya,,Miskin"... Apakah itu kami ?!

29 Agustus 2014   18:29 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:10 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masih hangat di telinga kita ,,tentang makian seorang sosialita dalam suatu statusnya ,, pada akhirnya makian tersebut menjadi bumerang  dan blunder bagi dirinya sendiri ( apalagi gambarnya  dengan telak terjepret kamera dari beberapa orang). Kalau merasa belajar di negeri atau daerah orang bagi para pendatang, bukankah menjadi suatu hal yang penting dimana para pendatang harus belajar mengenai budaya tempat tersebut?? harus menerima segala kelebihan dan kekurangan tempat tersebut,, sebagai seorang civitas akademika yang baik , bukankah  apabila merasakan tidak ada suatu perubahan yang baik bagi daerah yang dijelajahinya mengapa tidak mau melakukan perubahan bagi daerah tersebut. Tak Berbudaya???? mungkin di harus lebih banyak belajar tentang filsafat apa makna budaya sebenarnya dari orang-orang yang berbudaya seperti Prof. Mudji misalnya, dimana beliau adalah salah satu orang "Jogja" yang mengajarkan tentang filsafat budaya bagi kami para civitas akademika di Pasca Sarjana Kessos di Universitas Indonesia"  lucunya orang tersebut mahasiswa Pasca sarjana juga :)

Jikala tempat,situasi dan kondisi yang terasa sangat sempit. Dimana kita melihat masyarakat yang anak-anaknya mungkin kurang untuk di "didik" untuk lebih berbudaya dan mengenal budayanya sendiri, mengapa kita tidak mengajarkannya??? Mengapa kita sebagai seorang civitas akademika yang mempunyai kemampuan lebih dalam ilmu tidak mau merubahnya?? mengapa kita para mahasiswa Pasca Sarjana tidak mau menjadi "Agent Of Change"??? Bukannya memaki yang menunjukkan betapa dangkalnya keilmuwan yang sudah kita raih. Menciptakan Hablum minannas (hubungan antar manusia) yang baik adalah melalui membagi dan menyebarluaskan keilmuwan yang kita miliki supaya menjadi pencerahan bagi orang lain. Bukan melalui hujatan yang tidak bisa merubah apapun...

Saya dan teman-teman civitas akademika  lainnya, merasa sedih melihat celotehan sepeti itu, Jogja masih tetap ramah, jogja masih tetap berbudaya,hingga membuat  para manusia yang datang dari belahan bumi lain  sampai "Keblinger"  untuk belajar tentang budaya dari orang-orang "tolol" yang bisa menciptakan candi-candi yang menjadi warisan dunia. Jutaan masyarakat dunia datang ke Jogja yang "Miskin" untuk belajar mengenai kekayaan dan warisan kebudayaan memalui tarian maupun kuliner,,,Jutaan masyarakat dari berbagai Benua mengalihkan perhatiannya untuk lebih menggali budaya dari manusia-manusia yang katanya "Tidak Berbudaya"

Pelajaran yang sangat berarti,,,

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun