Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi akan menyelenggarakan Banyuwangi Festival. Acara ini akan disemarakkan dengan berbagai macam kegiatan menarik dan melibatkan seluruh lapisan masyarakat sebagai bentuk kepeduliannya terhadap budaya lokal. Salah satunya adalah pagelaran Parade Gandrung Sewu.
Gandrung sendiri adalah pagelaran berupa sendratari. Tari Jejer Gandrung dalam berbagai macam versi, antara lain Jejer Jaran Dawuk dan Jejer Gandrung Dor, merupakan tarian yang merupakan ikon khas Banyuwangi yang sudah sangat dikenal. Sebagai kesenian asli Banyuwangi, Gandrung banyak dibawakan masyarakat Banyuwangi, mulai dari usia kanak-kanak hingga dewasa.
Suguhan kolosal ini akan diadakan pada hari Sabtu, 17 November 2012 pukul 15.00 di Pantai Boom, Banyuwangi yang hanya berjarak sekitar 2km dari dari pusat kota. Dari pantai tersebut, pengunjung bisa menikmati pemandangan Selat Bali dan pulau Bali dari kejauhan.
[caption id="attachment_221059" align="alignnone" width="300" caption="Sunrise di Pantai Boom Banyuwangi, dgn latar pulau dewata."][/caption] Parade Gandrung Sewu ini, sesuai dengan judulnya, akan melibatkan lebih dari 1000 orang penariyang terdiri dari pelajar tingkat SD hingga SMA, selain dari para musisi berupa penabuh gamelan dan sinden. Seluruh pengisi acara akan beraksi di tepi pantai, menjejakkan kaki di pasir pantai, tanpa beralaskan panggung.Pertunjukan ini akan berlangsung selama kurang lebih 80 menit. Di sesi awal, pengunjung akan disuguhkan berbagai macam kesenian lokal. Sesi berikutnya, akan dimulai dari kemunculan Gandrung hingga prosesi bagaimana seorang penari ditasbihkan menjadi Gandrung. Performance ini akan diakhiri dengan tarian massal 1000 Gandrung dan ditutup dengan Seblang Subuh, sebagai bagian akhir sebuah pertunjukan Gandrung yang sarat dengan filosofi dan religius. Gandrung sendiri merupakan kesenian peninggalan Majapahit yang menjadi pagelaran yang disuguhkan di istana. Gandrung berarti kekaguman. Kekaguman ini ditujukan kekaguman pada Dewi Sri. Banyuwangi saat itu merupakan wilayah yang makmur, dimana hasil panennya selalu melimpah. Filosofi penghormatan terhadap Sewi Sri inilah yang menjadi spirit masyarakat untuk mengembangkan Gandrung.Pada awal perkembangannya, Gandrung dibawakan oleh remaja putra (bukan wanita), karena pertunjukan itu dilakukan saat malam hari di saat bulan purnama. Penari Gandrung lanang yang paling termasyur bernama Marsan yang menari sampai akhir hayatnya, dan dikenal dengan Gandrung Marsan. Sedangkan penari Gandrung wanita pertama adalah Semi yang mulai menari pada tahun 1895. Semi jadi penari Gandrung setelah sakit dan berhasil sembuh setelah diadakan ritual Seblang. Mulai saat itulah Semi menjadi penari Seblang keliling dan kemudian berevolusi menjadi penari Gandrung.
Untuk info lengkap :
http://www.banyuwangikab.go.id/
[caption id="attachment_221057" align="alignnone" width="300" caption="Para penari gandrung yang anggun "]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H