Mohon tunggu...
Ibnu Tsani
Ibnu Tsani Mohon Tunggu... wiraswasta -

PASers. Sunnysaners. Penikmat foto-kamera, novel, film, berkomunitas, hamparan alam. Mencoba bijak dan sederhana dalam berfikir, bersikap, bertindak. Supoter Chelsea. Bobotoh Persib

Selanjutnya

Tutup

Politik

"Banci Istana"

2 Maret 2011   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:08 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

"Banci"  yang  dimaksud bukanlah sebuah kelompok insan yang biasa bertebaran disudut kota ketika malam memeluk bumi, banci yang  dimaksud adalah sebuah perilaku pengucut (mungkin terlalu kasar-mungkin pula subversif).

Perilaku banci sang presiden tentu bukanlah sesuatu yang wajib dipelihara dan dipertahankan, namun entah mengapa dan apa yang terjadi presiden yang dipilih secara langsung menjadikan perilaku banci sebagai gaya kepeminpinan dalam mengelola negara.

Mari kita tengok beberapa parktik gaya kepemimpina banci, dari sang R1. Belum terhapus dari memori publik bagaimana pernyataan Sekretaris Kabinet yang membuat pernyataan agar instansi pemerintah (Departemen) memboikot dua media televisi dan satu media cetak  yang pemberitaannya hanya menjelek- jelekan pemerintah. Yang menjadi pertanyaan, Presiden melakukan aksi politik bungkam atas apa yang dilakukan pembantunya. Aksi bungkam tersebut dapat ditafsirkan, pertama.Presiden  merestui apa yang dilakukan Dipo Alam. Kedua. Presiden sesunguhnya sudah gerah dengan  perilaku ketiga media tersebut, namun tidak mungkin mengungkapkan secara langsung, mengingat ia terlanjur membuat pernyataan bahwa pers indonesia sudah on the track, pada saat perayaan hari pers nasional. Maka Dippo Alam lah yang menjadi corong akibat ketidak beranian presiden untuk mengkritik dan menjewer media massa.

Praktik kepemimpinan banci selanjutnya adalah perihal resufle kabinet. Atas nama ingin mempelajari situasi dan mencari solusi yang terbaik, wacana resufle pun dibiarkan terbang bebas. Padahal inti permasalahannya adalah ditangan sang presiden. ketakutan terhadap tekan partai besar. Padahal sang presiden mendapatkan jabatannya dipilih langsung oleh rakyat dengan biaya milyaran rupiah, bukan dipilih oleh partai politik.

Tak hanya takut terhadap partai politik, terhadap negara yang mengaku serumpun pun (Malaysia) tak berani mempertahankan kedaulatan dan harga diri. Atas nama menjaga stabilitas kawasan dan hubungan baik pembajakan budaya dan praktik manusiawi terhadap tenaga kerja pun bukan dianggap sesuatu yang patut untuk digugat.

Catatan kecil ini bisa jadi anda setuju bisa jadi anda tidak setuju, yang terpenting adalah gaya kepemimpinan seorang pemimpin ikut menentukan wajah republik ini. Korupsi disana-sini, upeti menggila lagi terjadi salah satunya adalah faktor kepemimpinan yang tidak kuat - takut akan dampak jikalau korupsi diberangus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun